WARTA TANGERANG – Pandemi memunculkan revolusi yang luar biasa dalam dunia Kehumasan. Revolusi ini meliputi perubahan pendekatan dan strategi Kehumasan yang berbeda dalam penanganan isu, krisis dan komunikasi internal maupun eksternal.
Revolusi ini diadaptasi PR dengan memperluas wawasan, ketrampilan, kompetensi dan mengikuti perkembangan dunia digital dengan lebih intensif.
Secara signifikan, perubahan dari PR tradisional dari yang mengandalkan liputan di media massa menjadi digital PR.
Mengambil tema Sharpening Impactful Innovative Communications for Stronger Indonesia, Jampiro sudah dilakukan selama 8 tahun.
“PR merupakan pahlawan-pahlawan dalam dunia komunikasi. Kadang, komunikasi menjadi lebih penting dari kebijakan itu sendiri. Mari menjadikan komunikator-komunikator di organisasi kita masing-masing sebagai pahlawan. Karena merekalah organisasi masih kokoh berdiri,” kata Founder dan CEO PR Indonesia, Asmono Wikan pada malam penganugerahan.
Jampiro kali ini diselenggarakan di Surabaya dan bertepatan dengan Hari Pahlawan, 10 November.
Asmono menambahkan, PR tidak bisa dianggap remeh dan jadi pemadam kebakaran saja, tetapi harus diberikan ruang untuk berkembang.
Jampiro dirancang untuk mengawal pemimpin perusahaan dan tim komunikasi bertemu pada visi yang utama.
Insan PR 2022 kedelapan merupakan apresiasi dari PR Indonesia untuk praktisi Kehumasan baik dari Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD, dan Perguruan Tinggi. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Jambore PR INDONESIA (JAMPIRO) 2022.
Dalam anugrah Insan PR 2022 ini Head of National Media Corporate Affairs & Communications APP Sinar Mas, Emmy Kuswandari mendapatkan penghargaan Kategori Perusahaan Swasta, Subkategori Manager Public Relations/Corporate Communications. Ajang kompetisi yang diikuti oleh seluruh praktisi PR dari seluruh Indonesia.
“Teknologi berkembang dengan sangat cepat, dan kita berkejaran untuk mempelajarinya. Kemuliaan seorang PR itu meletakkan kemanusiaan dalam setiap pelayanannya. Dan itu yang tidak bisa dilakukan robot, secanggih apapun,” ujar Emmy usai mendapatkan penghargaan.
Juri kompetisi ini terdiri dari Nico Wattimena, dosen Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Postgraduate Programme, Direktur LSP Manajemen Komunikasi dan founder PR Society Indonesia Magdalena Wenas, Direktur dan Senior Consultant Inke Maris & Associates Widyaretna Buenastuti, dosen dari Universitas Mercu Buana, Irmulansati Tomohardjo dan CEO PR Indonesia Asmono Wikan.
“Yang menggembirakan, sebagai peserta, saya pun belajar dari partisipan yang lain. Dan malam penghargaan ini menjadi ajang untuk memperluas jejaring,” tambah Emmy.
Asmono menegaskan, kalau PR tidak mengartikulasikan posisi mereka di institusi masing-masing dengan baik, maka tujuan organisasi tidak tercapai.
Pemahaman ini penting karena dengan begitu, praktisi PR mampu memainkan peranan strategis PR.
“Peranan PR itu strategis. Tidak lagi pada tataran teknis, tetapi justru membantu top manajemen untuk memberikan inside untuk pengambilan keputusan,” pungkasnya. (RIK)
Discussion about this post