JAKARTA, WT – Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki peran penting dalam tubuh, fungsi utamanya untuk menyaring darah dari racun dan zat berbahaya yang tidak dibutuhkan dalam tubuh.
Namun dalam kasus dan masalah kesehatan tertentu, ginjal dapat kehilangan fungsinya dan tubuh seseorang akan kehilangan kemampuan untuk menyaring darah juga membuang sisa zat berbahaya dari dalam darah. Jika itu terjadi, maka mereka harus melakukan cuci darah, yang merupakan prosedur wajib dilakukan ketika seseorang tidak lagi memiliki ginjal dengan fungsi baik.
Konsultan Ginjal Hipertensi RS Medika Permata Hijau, dr. Hery Emria, Sp.PD-KGH mengatakan, cuci darah atau lebih dikenal dengan istilah medis hemodialisis merupakan prosedur dalam dunia kedokteran yang dilakukan untuk membuang racun dan zat-zat sisa dalam darah yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh menggunakan mesin.
“Proses cuci darah biasanya dilakukan 3 kali dalam seminggu dan akan berlangsung selama 4 jam pada setiap prosedurnya. Namun, dokter bisa saja merekomendasikan kebutuhan tergantung dari kondisi dan kesehatan pasien,” katanya pada Kamis, (7/12/2023).
Menurutnya, pada orang yang sehat darah disaring di dalam ginjal dan sisa-sisa cairan dan racun akan dibuang melalui uretra dalam bentuk urine. Namun jika ginjal kehilangan kemampuannya untuk bisa menyaring darah dengan maksimal, ini dapat membuat racun dan zat-zat berbahaya lainnya mengendap dalam tubuh.
“Sudah dipastikan bahwa penyakit ginjal merupakan jenis penyakit yang mengharuskan seorang pasien untuk melakukan cuci darah, karena cuci darah sendiri berfungsi untuk menggantikan tugas ginjal dalam menyaring zat-zat berbahaya dalam tubuh,” ujar dr. Hery.
Dijelaskan dr. Hery, kondisi gagal ginjal baik kronis maupun akut merupakan alasan utama apakah seseorang membutuhkan cuci darah atau tidak, jika fungsi ginjal telah menurun sebanyak 80-90% maka cuci darah adalah hal wajib yang harus dilakukan oleh pengidap gagal ginjal.
“Gagal ginjal sendiri bisa terjadi akibat beberapa kondisi yang bisa merusak ginjal seperti: Hipertensi, Diabetes, Lupus atau Penyakit ginjal polikistik,” terangnya.
Beberapa orang bisa terkena ginjal tanpa alasan yang diketahui. Gagal ginjal bisa menjadi kondisi jangka panjang, atau bisa datang tiba-tiba setelah sakit parah atau cedera.
dr. Hery menerangkan, hemodialisis merupakan jenis prosedur cuci darah yang paling umum, prosedur ini bekerja menggunakan mesin bernama dialisis. Proses penyaringan dilakukan dengan mengalirkan darah melalui jarum dan tabung yang disambungkan ke lengan Anda. Darah tersebut kemudian akan dialirkan ke dalam mesin dialisis untuk disaring.
“Di dalam mesin, darah akan diedarkan melalui filter dialyzer, yang memindahkan limbah ke dalam larutan dialisis yang mengandung air, garam, dan zat tambahan lainnya. Dalam tahap ini, darah akan tersaring dan zat-zat bahaya akan dibuang sehingga darah akan dalam keadaan bersih dan siap dimasukan ke dalam tubuh kembali,” jelasnya.
Darah yang telah disaring kemudian akan dialirkan kembali ke tubuh melalui jarum yang berbeda di lengan pasien. Selama proses ini berlangsung, dokter maupun petugas kesehatan akan terus memantau tekanan darah pasien untuk menyesuaikan seberapa cepat darah mengalir masuk dan keluar dari tubuh.
“Setelah proses cuci darah dilakukan, tekanan darah mungkin akan turun menjadi rendah, ini mungkin juga bisa menimbulkan rasa mual, pusing atau bahkan pingsan. Namun, tidak perlu khawatir karena semua kondisi Anda akan selalu di monitor dan ditangani oleh dokter,” ucap dr. Hery.
Kata dr. Hery, adapun beberapa efek samping lain dari hemodialisis meliputi, nyeri dada atau nyeri punggung, sakit kepala, kulit yang gatal, kram otot serta sindrom kaki gelisah.
Beberapa risiko dan komplikasi dalam cuci darah juga bisa terjadi seperti infeksi pada tempat suntikan, aliran darah yang buruk, atau penyumbatan dari jaringan parut atau bekuan darah. Namun, ini jarang terjadi dan bisa ditangani oleh dokter, tegasnya.
Cuci darah hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan diagnosa dan rekomendasi pengobatan dari dokter. Apabila Anda mengalami gagal ginjal yang tingkat kerusakannya telah mencapai 80-90% maka cuci darah biasanya akan diwajibkan untuk mencegah adanya komplikasi di kemudian hari.
Darah yang terkontaminasi zat-zat berbahaya bisa menyebabkan berbagai macam masalah yang serius, tandas dr. Hery.
Cuci darah juga bisa dilakukan pada pasien gagal ginjal yang sedang menunggu donor organ ginjal. Ini terjadi pada pasien gagal ginjal kronis, dimana ginjalnya sudah tidak bisa dipulihkan kembali dan harus menunggu donor untuk mengganti ginjalnya. Anda bisa mengkonsultasikan masalah terkait cuci darah dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal atau Ahli Nefrologi.
“Cuci darah bisa dihindari dengan memperhatikan gaya hidup agar tetap sehat, seperti tetap rutin berolahraga, menjaga kadar gula serta tekanan darah, juga memenuhi kebutuhan cairan dengan mengonsumsi air putih minimal 8 gelas sehari,” pungkas dr Hery. (RLS)
Discussion about this post