Sleep apnea adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berhentinya napas sesaat, mungkin terjadi beberapa kali di sepanjang waktu tidur. Ciri khas sleep apnea adalah suara ngorok yang terdengar sangat keras. Ini terjadi karena adanya penyumbatan di saluran pernapasan sehingga aliran udara yang masuk dan keluar tidak lancar selama tidur. Sleep apnea memang umumnya terjadi pada orang dewasa, tapi anak-anak juga bisa mengalaminya. Bahkan berdasarkan penelitian, sleep apnea pada anak bisa mengganggu perkembangan otak anak yang mungkin berakibat buruk pada IQ dan kemampuan berpikirnya di masa depan.
Apa penyebab sleep apnea pada anak?
Akibat adanya penyumbatan di saluran napas, organ-organ dalam tubuh tidak akan mendapatkan asupan oksigen yang cukup agar bisa bekerja optimal. Asupan oksigen yang stabil, termasuk selama tidur, terutama sangat penting bagi kelangsungan kerja otak.
Minimnya asupan oksigen ke otak diterjemahkan sebagai tanda bahaya, sehingga otak mengirimkan pesan untuk tubuh agar segera terbangun untuk membuka kembali saluran napasnya. Ketika terbangun, anak akan merasa sesak napas dan mengalami kesulitan untuk kembali tertidur. Sleep apnea bisa terjadi antara 5 hingga 30 kali setiap jam sepanjang malam.
Sleep apnea pada anak biasanya terjadi akibat:
- Pembengkakan amandel.
- Obesitas.
- Sindrom genetik, seperti down syndrome.
- Masalah otak yang memengaruhi kendali pernapasan.
- Memiliki riwayat keluarga dengan sleep apnea.
- Memiliki masalah dengan otot tenggorokan.
Sleep apnea ganggu perkembangan otak anak
Menurut penelitian yang dikutip dari WebMD, sleep apnea dapat menyebabkan kerusakan sel otak anak yang notabene belum berkembang matang.
Hasil tes pencitraan dari penelitian yang dikepalai oleh Dr. Leila Kheirandish-Gozal, direktur departemen gangguan tidur klinis pediatrik di Chicago University tersebut melaporkan bahwa sleep apnea pada anak yang terus dibiarkan tanpa penanganan medis mengakibatkan penurunan volume korteks serebri (area grey matter) yang terkait dengan lima bagian penting dalam proses pemrosesan informasi dan tumbuh kembang anak, yaitu:
- Korteks frontal, yang terlibat dalam pemecahan masalah, gerakan, bahasa, ingatan, dan juga pengendalian rangsangan.
- Korteks prefrontal, yang memproses perilaku, kepribadian, dan perencanaan.
- Korteks parietal, yang menggabungkan sinyal sensorik.
- Lobus temporal, yang mengatur pendengaran.
- Batang otak, yang mengendalikan fungsi pernapasan dan kardiovaskular (jantung pembuluh darah).
Sleep apnea pada anak dapat menurunkan IQ
Cedera otak akibat sleep apnea yang parah terlihat di bagian otak yang bertanggung jawab untuk belajar, memori, dan pemikiran yang kompleks seperti pemecahan masalah. Selain itu, anak-anak ini juga memiliki IQ yang lebih rendah dan mendapatkan nilai yang lebih rendah di sekolah jika dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengalami gangguan tidur.
Skor IQ rata-rata di antara anak-anak dengan sleep apnea berada di kisaran normal-rendah dan 16 poin lebih rendah daripada anak-anak tanpa gangguan pernapasan tidur yaitu 85 berbanding 101.
Namun, penelitian belum bisa membuktikan apakah cedera ini bersifat permanen atau sementara jika sleep apnea sudah diobati. Pasalnya, gangguan tidur ini sebenarnya sangat mungkin untuk diobati agar tidak menimbulkan keparahan yang dapat menganggu perkembangan otak pada anak di kemudian hari.
The post Hati-hati, Sleep Apnea Bisa Ganggu Perkembangan Otak Anak appeared first on Hello Sehat.
Discussion about this post