TANGERANG, WT – Nyeri kronis seringkali menjadi tantangan besar bagi kualitas hidup seseorang. Namun, dengan kemajuan teknologi medis, manajemen intervensi nyeri kini menawarkan solusi efektif untuk berbagai kondisi yang sebelumnya sulit diatasi.
Prof. Dr. dr. Yusak Mangara Tua Siahaan, Dokter Spesialis Neurologi Sub Spesialis Nyeri dari Siloam Hospitals Lippo Village, menjelaskan bagaimana pendekatan ini dapat membantu pasien.
Menurut Prof. Yusak, manajemen intervensi nyeri adalah serangkaian prosedur minimal invasif yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengobati sumber nyeri secara langsung, alih-alih hanya meredakan gejalanya. “Fokus kami adalah pada diagnosis yang akurat untuk kemudian memberikan terapi yang tepat sasaran, meminimalkan penggunaan obat-obatan jangka panjang yang berpotensi memiliki efek samping,” jelas Prof. Yusak.
Beberapa jenis penyakit atau kondisi nyeri yang sangat efektif diatasi dengan manajemen intervensi nyeri meliputi:
Nyeri Punggung Bawah Kronis: Ini adalah salah satu keluhan nyeri paling umum. Intervensi seperti blok saraf, ablasi frekuensi radio (RFA), atau injeksi epidural dapat sangat membantu.
Nyeri Leher dan Lengan (Cervical Radiculopathy): Sering disebabkan oleh saraf terjepit di leher. Prosedur seperti injeksi transforaminal atau RFA dapat mengurangi peradangan dan nyeri.
Nyeri Sendi (Osteoarthritis): Terutama pada lutut, pinggul, atau bahu. Injeksi intra-artikular atau RFA pada saraf yang mempersarafi sendi dapat memberikan peredaan nyeri signifikan.
Nyeri Neuropatik: Termasuk neuropati diabetik, neuralgia pasca-herpes (post-herpetic neuralgia), atau sindrom nyeri regional kompleks (CRPS). Stimulasi saraf spinal (SCS) atau blok saraf tertentu dapat menjadi pilihan.
Nyeri Kepala Kronis dan Migrain: Beberapa jenis nyeri kepala, terutama yang disebabkan oleh saraf oksipital, dapat diatasi dengan blok saraf atau RFA.
Nyeri Kanker: Untuk pasien kanker, manajemen intervensi nyeri dapat membantu mengelola nyeri yang tidak responsif terhadap obat-obatan oral, sehingga meningkatkan kualitas hidup di akhir usia.
“Pendekatan ini sangat individual. Kami melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan prosedur mana yang paling sesuai untuk setiap pasien, memastikan hasil yang optimal dengan risiko minimal,” tegas Prof. Yusak.
Keunggulan manajemen intervensi nyeri, lanjut Prof. Yusak, adalah sifatnya yang targeted dan minim invasif, memungkinkan pasien untuk pulih lebih cepat dan kembali ke aktivitas sehari-hari dengan kualitas hidup yang lebih baik. (RIZ)



















Discussion about this post