WARTA TANGERANG – Ajaib, dalam keadaan sakit stroke, saya mampu mendongeng (monolog dongeng) di Aula SMKN 2 Kota Tangerang, Sabtu (27/8/2022) siang.
Awalnya, undangan mendongeng itu mau saya tolak. Namun memiliki kesempatan mendongeng dalam keadaan tidak normal, bagi saya sungguh menyenangkan dan patut disyukuri juga.
Akhirnya saya terima dan saya tampil dalam acara Bincang-Bincang Bahas Sastra (B3S) yang digagas Pengurus Duveta SMKN 2 Kota Tangerang itu.
Saya membawakan dongeng Raja Tua dan Biji Benih Pohon.
Sebelum pentas, dada saya sempat berdebar-debar karena selama 3 tahun (covid-19 ditambah sakit stroke) saya belum pernah mendongeng lagi. Berhenti total.
Saya khawatir jatuh. Tapi Allah masih melindungi dan menyayangi saya. Subhanallah.
Sebelum pentas, aula sekolah tersebut saya beri energi dengan bismillah dan dzikir sholawat dalam hati.
Alhamdulillah, saya merasa lebih tenang lebih yakin, lebih kuat hingga pentas monolog dongeng saya lancar.
Saya pun heran dan kaget sendiri. Kok bisa monolog dongeng saat sakit stroke? Jawabnya karena kuasa Allah semata.
Tak hanya itu, selama 30 menit saya monolog dongeng, lebih dari 100 penonton saya buat menjadi ambyaaar.
Mendongeng dengan pendekatan seni pertunjukkan (Monolog dongeng) sengaja saya pilih karena pendekatan ini belum dikembangkan oleh para pendongeng.
Umumnya pendongeng-pendongeng di negeri ini menggunakan pendekatan ventriloquism.
Akibatnya pola mendongeng menjadi seragam. Saya menolak penyeragaman mendongeng seperti itu. Saya tak mau terjebak. Sebagsi personal, saya harus merdeka dalam mendongeng.(RAY)
Discussion about this post