TANGSEL – Memasuki usia ke-3 tahun, Pusat Inkubasi Bisnis dan Kewirausahaan Universitas Muhammadiyah Jakarta (PIBK UMJ) menggagas konsep Muslim Technopreneur dan menginisiasi ekosistem Kampung Halal.
Keduanya akan menjadi trade mark UMJ, menuju peradaban. Secara fisik, kampus tertua di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah ini telah mempersiapkan wadah bagi inovasi dan kreatifitas di kalangan dosen dan mahasiswa. Pembangunan gedung Civilization Center, Development Center dan Business Centre menjadi simbolisasi dari upaya membangun peradaban tersebut.
PIBK UMJ merupakan lembaga yang menumbuh-kembangkan bisnis dan kewirausahaan berbasis pada tradisi intelektual Islam dan inovasi teknologi tepat guna. PIBK UMJ memainkan peran pentingnya sebagai satu lembaga inkubator bisnis dan kewirausahaan dalam dunia pendidikan untuk mengembangkan ekonomi syariah.
Sebagai bagian dari dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, UMJ melalui PIBK diharapkan dapat melakukan proses hilirisasi teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku wirausaha, termasuk juga Usaha Kecil Menengah.
PIBK menjadikan divisi Inkubasi dan Inovasi Teknologi Tepat Guna (salah satu divisi dalam kelembagaannya) sebagai sentral bangunan roadmapnya.
Ketua PIBK UMJ Endang Rudiatin mengatakan ide Kampung Halal dan Muslim-technopreneur ini dilandasi kenyataan terdapat kesenjangan antara hasil-hasil penelitian perguruan tinggi, dengan dunia usaha dan mutu kewirausahaan, yang perlu dijembatani agar ketiganya dapat saling mendukung dan berkolaborasi maksimal bagi kebutuhan dan peningkatan target ketiga pihak.
“Dunia kewirausahaan setelah era revolusi 4.0 memiliki prospek yang bagus, dengan potensial memunculkan start up dari generasi digital yang harus juga menjadi milik para mahasiswa dan generasi muda Muhammadiyah khususnya UMJ,” katanya, Sabtu, (2/1/2021).
Endang menyatakan yang menjadi tenant PIBK UMJ merupakan mahasiwa aktif UMJ yang merupakan calon wirausaha; wirausaha pemula, dan wirausaha mandiri serta start up.
“Para tenant yang sudah memenuhi standar tertentu sebagai wirausaha PIBK disebut muslim-technopreneur. Setelah menjadi wirausaha mereka bergabung dengan jaringan para technopreneur di Kampung Halal, yang terdiri dari para alumni, mitra UMJ, para ilmuwan, lembaga-lembaga seperti BPPOM, MUI, Kemenag, Kemenkes dan lain sebagainya. Kampung halal menjadi sumbangsih UMJ untuk masyarakat sekitar sebagai bagian dari tekad membangun peradaban,” terangnya.
Sementara, Pembina PIBK UMJ, Misriandi menambahkan sebanyak 23 ribu mahasiswa aktif yang terdaftar di UMJ, diharapkan 10% diantaranya berusaha dan menjadi wirausaha.
“Saat ini, sebanyak 200 mahasiswa, sudah memiliki usaha,” tegasnya.
Rektor UMJ Prof. Syaiful Bakhri, menyatakan ide awal PIBK adalah untuk merangkul SDM Unggul di kampus untuk merencanakana, memanfaatkan hasil-hasil riset untuk dapat diimplementasikan menjadi tatanan kehidupan di masyarakat.
“Selaras dengan pernyataan Ketua PIBK, bahwa UMJ ingin membangun peradaban keilmuan melalui aspek-aspek bisnis PIBK,” tandasnya. (RAY)
Discussion about this post