Berpikir kreatif dibutuhkan dalam hampir setiap kegiatan sehari-hari. Bahkan banyak penelitian di bidang medis yang membenarkan bahwa berpikir kreatif sangat bermanfaat bagi kesehatan mental dan fisik seseorang. Mulai dari mengurangi stres dan kecemasan hingga meningkatkan kebugaran tubuh. Meski begitu, orang-orang kreatif seperti seniman, musisi, penyair, penulis, dan pekerjaan nyeni lainnya memiliki peluang lebih besar untuk mengalami gangguan bipolar. Kenapa begitu?
Bagaimana kreativitas terkait dengan gangguan bipolar?
Berbagai studi menunjukkan bahwa kreativitas dan gangguan mood seperti gangguan bipolar mungkin terkait satu sama lain. Sejumlah studi lainnya juga mengungkapkan bahwa orang-orang yang bekerja di industri kreatif lebih rentan mengalami gangguan bipolar. Sebut saja pelukis Vincent Van Gogh, penulis Virginia Woolf, dramawan Tennessee Williams, dan bintang film Carrie Fisher serta Ben Stiller yang memang diketahui memiliki penyakit tersebut.
Belum diketahui pasti apa penyebabnya, namun peneliti berpendapat bahwa bekerja di bidang kreatif membuat seseorang harus terus menelurkan ide-ide cemerlang, ekspresif, dan bahkan yang tidak masuk akal sekalipun dengan cepat agar karyanya bisa terus diminati oleh publik. Tekanan pekerjaan tanpa henti inilah yang diduga kuat memiliki andil lumayan besar dalam perkembangan gangguan bipolar seseorang seiring waktu.
Tidak jelas juga mana yang datang duluan, apakah berpikir kreatif memicu bipolar disorder atau gangguan bipolar tersebut yang dapat menyebabkan kreativitas. Beberapa ahli berpendapat bahwa kreativitas bisa menjadi salah satu “efek samping” yang muncul dalam fase-fase bipolar.
Gangguan bipolar bisa menyebabkan kreativitas sebagai salah satu “efek samping”nya
Dr. Terence Ketter, pendiri dan kepala Bipolar Disorder Clinic di Stanford University menguraikan bahwa orang yang sangat kreatif memiliki peningkatan risiko gangguan mood, namun di saat yang bersamaan, seseorang yang memiliki gangguan mood juga dilaporkan memiliki kreativitas yang lebih tinggi.
Pasalnya saat masuk ke fase manik, orang-orang dengan gangguan bipolar menjadi lebih gembira, bersemangat, giat, dan lebih terangsang kerja otaknya hanya dengan interaksi normal sehari-hari dengan dunia, seperti menonton film, membaca buku, atau memandangi alam sekitar. Dari sinilah inspirasi-inspirasi kreatif mungkin berdatangan. Di fase mania ini pula mereka memiliki dorongan yang luar biasa kuat untuk mengejar tujuan. Sementara ketika jatuh ke dalam fase depresif, tak menutup kemungkinan beberapa orang dengan gangguan bipolar justru bisa merasa lebih tergugah dan terinspirasi untuk berkarya.
Di antara fase ‘’mania’’ dan ‘’depresi’’, seseorang yang memiliki bipolar disorder bisa mengalami fase ‘’psikosis’’ yang membuatnya merasa asing terhadap dunia sekitar dan berhalusinasi — atau memiliki ide-ide yang tidak masuk akal.
Kemampuan mereka untuk mengalami beragam emosi ini menyediakan energi besar yang mendorong mereka untuk mewujudkan pemikiran kreatif. Jadi, semakin besar rangsangan, aktivasi, serta dorongannya, kombinasi tersebut dapat membuahkan ide-ide kreatif.
Kreativitas dan tuntutan pekerjaan meningkatkan risiko penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang
Tak dapat dipungkiri, stres terkait pekerjaan bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan kebiasaan minum minuman keras dan penggunaan obat-obatan terlarang. Zat stimulan yang ada dalam keduanya lama kelamaan bisa mengacaukan sistem saraf dan produksi zat kimia dalam otak. Ketidakseimbangan serotonin dan norepinephrine dalam otak diketahui menjadi salah satu faktor risiko perkembangan bipolar disorder.
Di sisi lain, orang dengan bipolar menikmati kreativitas yang dihasilkan oleh gangguan mereka. Karena bonus ini, mereka mungkin enggan menjalani perawatan dan terapi yang bisa memperburuk kondisi mereka dalam jangka panjang.
Ketika episode mania kambuh, mereka tidak dapat berpikir rasional dan sering kali terlibat dalam tindakan berbahaya, seperti penganiayaan, pelecehan, bunuh diri, atau penggunaan obat-obatan terlarang.
Apa penyebab bipolar disorder?
Gangguan bipolar adalah perubahan mood ekstrim yang membuat seseorang bolak-balik merasa bahagia dan sedih. Perubahan mood tersebut bisa terjadi drastis, dan seringkali muncul tidak sesuai dengan situasi-kondisi yang sedang terjadi.
Hingga saat ini para peneliti belum menemukan secara pasti apa penyebab bipolar, tapi mereka meyakini bahwa faktor genetik lebih berperan penting dalam menyebabkan bipolar daripada faktor lingkungan.
Seseorang yang salah satu orangtanya menderita bipolar memiliki risiko 15–30% untuk juga menderita gangguan bipolar. Jika kedua orangtuanya menderita bipolar, kemungkinan 50–75% anaknya akan menderita bipolar juga.
The post Orang Kreatif Berisiko Tinggi Alami Bipolar Disorder, Ungkap Peneliti. Kenapa? appeared first on Hello Sehat.
Discussion about this post