TANGSEL – Dalam rangka memperluas jaringan serta meningkatkan kualitas layanan pada pusat unggulan Orthopedic Center, Eka Hospital mengadakan kerjasama dengan Indonesia Scoliosis Community (ISC) melalui webinar bertema ‘Help, Anakku Skoliosis’.
“Dalam upaya kami untuk selalu mengedepankan layanan yang dekat dan hangat bagi setiap pasien, Eka Hospital sangat menyambut positif kegiatan dengan berbagai komunitas. Melalui webinar bersama para penyandang skoliosis ini, kami berharap pasien dapat saling menguatkan dan berbagi kisah inspiratif mereka saat pengobatan. Selain itu, saat ini Eka Hospital juga berfokus pada pengembangan komunitas pasien lainnya, seperti diabetes, kanker, hingga jantung,” kata Head of Marketing Corporate Eka Hospital, Erwin Suyanto.
Webinar yang berlangsung pada Sabtu, (18/7/2021) ini menghadirkan dua narasumber profesional yaitu Dr. Phedy Sp.OT (K) selaku dokter spesialis ortopedi konsultan tulang belakang Eka Hospital dan Dr. Lidya Heryanto, Sp.KJ selaku dokter spesialis kejiwaan Eka Hospital.
“Orang tua mendapatkan bekal dalam menghadapi dan mendukung buah hatinya ketika terdeteksi skoliosis, serta penanganan mental bila nantinya harus dilakukan tindakan operasi,” ujar Erwin.
Dokter Phedy sendiri menyambut baik kerjasama dengan ISC dimana komunitas yang berdiri pada tahun 2013 ini telah memiliki lebih dari 500 anggota dari seluruh Indonesia.
“Seperti yang kita tahu bahwa skoliosis merupakan kondisi tulang belakang yang tidak normal karena berbentuk melengkung. Skoliosis terkadang membawa dampak psikologis tersendiri bagi penderitanya. Saya berharap kerjasama ini menjadi awal dalam membantu orang tua yang memiliki buah hati pengidap skoliosis,” tuturnya.
Menurutnya, skoliosis dapat disembuhkan dengan penanganan yang tepat. Tindakan operasi pada pasien skoliosis bukan lagi sebuah hal yang menakutkan karena risikonya dapat ditekan seminimal mungkin. Saat ini telah tersedia alat navigasi dan robotic spine yang berfungsi memandu dokter bedah dalam memasukkan screw pada saat operasi.
“Akurasi navigasi dan robotik dalam memasukkan screw diklaim mencapai 99.9%. Selain itu, alat navigasi dan robotik ini memungkinkan operasi skoliosis dengan teknik minimal invasif atau operasi dengan luka sayatan yang lebih kecil dan risiko pendarahan yang lebih sedikit sehingga dapat mengurangi kebutuhan transfusi darah. Saat ini juga telah tersedia alat monitoring saraf yang dapat memantau kondisi saraf selama operasi berlangsung,” terang Phedy.
Di samping penanganan secara fisik, sambung Phedy penanganan secara psikologis juga perlu diperhatikan untuk buah hati. Tidak jarang seorang anak mengalami minder dan tidak percaya diri akibat skoliosis. Selain itu, terkadang anak pun takut dimarahi jika ketahuan memiliki postur tubuh yang tidak normal yang sering dikaitkan dengan kebiasaan tertentu. Misalnya, sering main games, posisi duduk
yang salah, terlalu sering membawa beban berat, dan lainnya.
“Oleh karena itu, orang tua juga perlu mengetahui apa penyebab sang anak mengidap skoliosis karena faktor terbesar skoliosis justru disebabkan oleh faktor keturunan, bukan kebiasaan,” ucapnya.
Sementara Perwakilan Indonesia Scoliosis Community (ISC), Susan, mengaku senang bisa berkolaborasi dengan Eka Hospital. ISC juga antusias dengan adanya Orthopedic Center di Eka Hospital yang memfokuskan pada skoliosis. Melalui dukungan tim dokter yang kompeten dan peralatan yang modern.
“Semoga Eka Hospital bisa menjadi salah satu rumah sakit rekomendasi bagi pasien skoliosis di Indonesia. Bagi para pengidap skoliosis atau keluarga pasien yang ingin bergabung dengan ISC, dapat mengisi google form di bio Instagram @indonesiascoliosiscommunity,” tandasnya.
Diketahui, kerjasama antara Eka Hospital dan ISC, member ISC bisa mendapatkan previlege seperti diskon 15% untuk screening awal skoliosis yang meliputi pemeriksaan X ray Whole Spain, upgrade kamar perawatan, serta harga diskon khusus untuk pemeriksaan lab, radiologi, serta paket MCU yang berlaku di Eka Hospital BSD. (RAY)
Discussion about this post