Semakin seseorang bertambah usia, fungsi otak juga akan mengalami penuaan dengan menurunnya kemampuan untuk mengingat dan berpikir. Agar hal ini tidak terjadi terlalu dini, Anda perlu melakukan pencegahan salah satunya melalui pola makan sehari-hari. Baru-baru ini, sebuah penelitian menyatakan bahwa diet rendah karbohidrat mungkin bisa mencegah dan bahkan berpotensi membalikkan proses penuaan otak. Bagaimana penjelasannya?
Diet rendah karbohidrat bisa mencegah penuaan dini pada otak
Banyak orang yang mengira bahwa perlambatan pada fungsi otak baru terjadi ketika mereka mulai memasuki usia tidak produktif.
Padahal, menurut data pemindaian otak yang ditemukan oleh para peneliti, adanya gangguan komunikasi di antara bagian otak bisa muncul ketika seseorang berada pada usia akhir 40-an.
Besar kemungkinannya, berkurangnya fungsi otak tersebut berhubungan erat dengan adanya resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan kondisi di mana sel-sel tubuh tidak dapat merespon kerja insulin untuk mengendalikan gula darah.
Mujica-Parodi, seorang profesor dari Fakultas Teknik Biomedis di Universitas Stony Brook mengatakan, ketika seseorang bertambah tua, otak mulai kehilangan kemampuannya untuk mengubah gula darah menjadi energi secara efisien.
Akibatnya, saraf di otak yang kekurangan asupan energi membuat jaringan-jaringan di bagian otak menjadi tidak stabil.
Untungnya, ada cara yang bisa dilakukan untuk mengganti glukosa sebagai sumber bahan bakar dalam otak. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan asupan keton yang akan memberi energi ke otak.
Keton adalah senyawa kimia yang diproduksi oleh organ hati ketika Anda tidak memiliki insulin yang cukup untuk mengubah gula menjadi energi. Akibatnya, tubuh akan membutuhkan sumber lain, yakni lemak sebagai gantinya.
Keton juga dapat diperoleh dengan menjalani pola diet rendah karbohidrat yang kabarnya juga bisa mencegah penuaan otak.
Untuk membuktikannya, peneliti pun melakukan percobaan terhadap 42 peserta yang merupakan golongan orang dewasa dengan usia di bawah 50 tahun. Peserta diminta menjalankan pola diet rendah karbohidrat selama seminggu.
Penelitian yang dilakukan oleh tim profesor dari Universitas Stony Brook itu bertujuan untuk mengetahui dampak yang diberikan dari pola makan tertentu pada penuaan otak.
Penelitian berfokus pada periode pre-simptomatik, sebuah keadaan saat gejala belum muncul, di mana pencegahan yang dilakukan pada masa itu akan lebih efektif.
Nantinya, perbedaan respons otak terhadap dua pola makan yang berbeda akan diketahui melalui pemindaian fMRI.
Asupan keton memperbaiki kestabilan otak secara keseluruhan
Dari percobaan tersebut, kedua pola makan yang berbeda pun terlihat memberikan jenis bahan bakar kepada otak yang berbeda pula.
Pada pola makan yang biasanya, otak cenderung menggunakan glukosa sebagai sumber energinya. Sedangkan pada pola makan yang rendah karbohidrat, lemak adalah sumber energi yang dimanfaatkan.
Namun, peserta mengalami peningkatan kerja dan fungsi otak yang lebih stabil setelah menjalani diet rendah karbohidrat. Hal ini disebabkan karena keton dapat memberikan energi yang lebih besar dibandingkan glukosa meski dengan jumlah asupan yang sama.
Efek yang didapat dari pola diet rendah karbohidrat ini tentunya sangat baik untuk mencegah penuaan otak lebih dini. Dengan adanya asupan keton yang menambah energi untuk otak, diharapkan fungsi otak juga bisa kembali normal.
Selain itu, diet rendah karbohidrat dapat meringankan gejala epilepsi. Penelitian lain menunjukkan bahwa membatasi asupan karbohidrat bisa menjadi cara yang efektif untuk mengurangi kejang-kejang pada anak-anak dan orang dewasa yang menderita penyakit epilepsi.
Pola makan dengan karbohidrat yang rendah juga bisa mengurangi risiko alzheimer dan demensia. Kedua penyakit ini sangat berhubungan dengan hipermetabolisme yang disebabkan oleh hilangnya kemampuan saraf otak dalam menyerap glukosa.
Oleh karena itu, penggunaan keton sebagai sumber bahan bakar akan sangat membantu otak agar dapat tetap bekerja dengan baik.
Fakta itu didukung oleh sebuah studi yang memaparkan bahwa gejala awal alzheimer tidak memengaruhi kerja otak dalam menyerap keton.
Penemuan ini tentunya merupakan kabar yang baik. Apalagi di Indonesia sendiri jumlah penderita demensia telah mencapai 1,2 juta orang per tahun 2016. Agar tidak terus meningkat, akan lebih baik jika langkah pencegahan ini bisa dilakukan lebih awal.
Otak membutuhkan perpaduan glukosa dan keton
Memang, asupan keton dapat memberikan energi yang lebih baik untuk otak. Namun, bukan berarti otak dapat bergantung pada asupan keton saja. Perpaduan dengan glukosa masih dibutuhkan agar otak bisa bekerja dengan semestinya.
Ketika tidak memiliki kadar glukosa yang cukup, produksi neurotransmitter yang berfungsi sebagai pembawa pesan dari otak akan terganggu. Kejadian tersebut akan membuat komunikasi antara neuron terputus.
Selain itu, risiko terhadap hipoglikemia juga akan meningkat. Hipoglikemia adalah komplikasi diabetes yang umum terjadi dan dapat disebabkan oleh rendahnya kadar gula dalam darah.
Hipoglikemia dapat menyebabkan otak kekurangan energi yang ujungnya akan membuat Anda susah berkonsentrasi.
Menjalani diet rendah karbohidrat akan membantu Anda untuk mencegah penuaan otak, tapi bukan berarti Anda harus menghentikan konsumsi sumber karbohidrat sama sekali. Karbohidrat tetap menjadi zat yang dibutuhkan jika Anda ingin mendapatkan energi.
Menjaga pola makan yang seimbang tetap menjadi kunci terbaik untuk menjaga kesehatan secara menyeluruh. Jika Anda memiliki masalah kesehatan yang mengharuskan batasan gula seperti diabetes, lebih baik konsultasikan kembali kepada dokter untuk mengetahui pola diet yang tepat.
The post Diet Rendah Karbohidrat Bisa Memperlambat Penuaan pada Otak appeared first on Hello Sehat.
Discussion about this post