WARTA TANGERANG – Penanganan penyakit gangguan irama pada jantung atau dalam istilah medis disebut aritmia, umumnya tidak membutuhkan pengobatan. Terlebih jika gejalanya ringan, serta frekuensi kejadiannya amat jarang, dan tidak memiliki faktor risiko apa pun.
Gangguan irama jantung yang terjadi bisa saja lebih lambat (bradiaritmia), lebih cepat (takiaritmia), atau tidak beraturan (irregular) namun minimnya pengetahuan tentang aritmia serta ketakutan pasca vonis adanya gangguan irama jantung justru membuat stress meningkat dan memperburuk keadaan. Padahal dengan penanganan yang tepat yakni dengan terapi kateter ablasi penderita gangguan irama pada jantung dapat disembuhkan.
Ada beberapa keluhan yang dituturkan dan dialami oleh penderita aritmia seperti jantung yang berdebar lebih cepat (palpitasi) disaat tidak melakukan aktivitas berat bahkan disaat istirahat atau tidur yang berdampak pada rasa tidak nyaman serta rasa sesak ketika frekuensi detak jantung sangat lama.
Menurut Konsultan Kardiologi Intervensi dan Aritmia Eka Hospital BSD, Dr. Ignatius Yansen NG., Sp.JP (K), mengatakan biasanya keawaman pengetahuan penderita aritmia kemudian berinisiatif untuk mengambil tindakan dengan memeriksa menggunakan alat oximeter dan hasilnya detak jantungnya yang semula 70 langsung turun drastis di 40 atau sangat cepat bahkan sampai lebih dari 200, walaupun setelahnya stabil kembali.
“Jika dilihat dari kasus bergejala, terdapat pula penderita aritmia yang tidak mengalami gejala apapun, beberapa penderita aritmia mengaku bahwa mengetahui adanya kelainan saat melakukan kegiatan Medical Check Up (MCU). Walau tak bergejala, apabila tidak diberikan penanganan akan menimbulkan efek jangka panjang untuk jantung dan adanya kemungkinan dapat menimbulkan pingsan berulang bahkan risiko kematian mendadak,” katanya.
Dokter Yansen menuturkan, dengan penanganan khusus yang dilakukan bagi penderita aritmia dengan gejala berkali-kali dan berisiko menimbulkan komplikasi, penderita aritmia dapat berhasil sembuh total dan menjalani kehidupan normal dengan pengobatan dan perawatan yang tepat.
“Penderita dengan penyakit aritmia gejala berat disarankan untuk mendapatkan pertolongan terapi kateter ablasi. Prosedur ablasi bahkan dapat menyembuhkan beberapa jenis aritmia hingga sepenuhnya. Dengan terapi kateter ablasi ini keuntungannya bisa menyembuhkan secara sempurna dan kalau berhasil tindakannya tidak perlu minum obat lagi. Penderita aritmia mengungkapkan satu hari pasca tindakan terapi ablasi detak jantung telah kembali normal dan tidak ada gangguan lagi,” ungkap Dokter yang berpraktik di Eka Hospital BSD ini.
Dr. Yansen menegaskan bahwa lebih dari 80% penderita aritmia bisa disembuhkan secara sempurna dengan terapi kateter ablasi.
“Kateter ablasi itu seperti kita mencari kelainan di listrik jantungnya, kemudian kita perbaiki konsletnya supaya gangguan iramanya itu tidak muncul lagi. Adanya kelainan aritmia itu seperti adanya punya dua kabel, normalnya hanya punya satu kabel. Akibatnya ketika terjadi konslet re-entry dia bisa berputar makanya bisa berdebar-debar, denyutnya bisa sampai 180 bisa sampai 200 kali permenit. Nah, solusinya kabel tambahannya itu kita cari kemudian kita lakukan ablasi atau kita putus supaya tidak muncul lagi,” terangnya.
Yansen menambahkan, aritmia tidak menyebabkan kematian jantung langsung atau kematian mendadak namun dalam jangka panjang sangat berbahaya pasalnya jenis aritmia seperti Supraventricular Tachycardia (SVT) atau gangguan irama jantung menjadi lebih cepat dapat menyebabkan pingsan secara tiba-tiba, dan kejadian ini bisa muncul tiba-tiba dalam waktu yang sangat tidak menentu sehingga bisa mengganggu aktifitas dan menyebabkan kekhawatiran yang berlebih saat hendak melakukan perjalanan atau aktifitas olah raga. Tidak jarang pasien merasa sangat cemas dan menjadi sangat khawatir dengan kondisi penyakitnya.
“Penyakit aritmia dapat menyerang manusia tanpa mengenal usia. Sebagian besar penderita aritmia merupakan kelainan bawaan namun bukan penyakit keturunan. Namun aritmia juga dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa kondisi pemicu khusus, seperti akibat dari aktivitas fisik seperti olahraga atau stres emosional. Dalam kejadian ini gejala aritmia ini dapat disembuhkan secara otomatis dengan mengistirahatkan tubuh atau melakukan manuver tertentu sampai detak jantung kembali normal,” pungkasnya. (RIZ)
Discussion about this post