JAKARTA, WT – Perpustakaan Nasional Republik Indonesia akan menjadi tempat yang istimewa bagi perayaan literasi di Indonesia. Acara peluncuran buku Amerta Kidung Padma, salah satu karya kolektif dari Elang Padma, menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Parade Agung 14 Buku Filmis, yang diadakan dalam rangka menyemarakkan Bulan Bahasa dan Sastra 2024.
Acara ini merupakan wujud apresiasi terhadap kekayaan literasi Indonesia yang dikemas secara kreatif dan inovatif pada Sabtu, (26/10/2024).
Amerta Kidung Padma, sebuah karya kolektif dari lima penulis berbakat: Emmy Barokah, Conny TS, Emmy Kuswandari, Mira Achiruddin, dan Rita Audriyanti. Di bawah bimbingan penulis senior Kirana Kejora, buku ini menawarkan sebuah pengalaman yang mendalam, menggugah, dan inspiratif bagi pembaca dari berbagai latar belakang.
Buku ini bukan hanya sekadar kumpulan cerita, puisi, atau refleksi, melainkan simbol kebangkitan semangat literasi yang diusung oleh para penulisnya. Amerta Kidung Padma menyatukan beragam pengalaman dan sudut pandang, mulai dari catatan tentang kehidupan sehari-hari, kenangan masa lalu, hingga refleksi spiritual yang mendalam.
Bagi Emmy Barokah, seorang apoteker dan penulis, menulis adalah cara untuk merenungkan perjalanan hidupnya dan mengikat pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman. Sejak kecil, Emmy terinspirasi oleh ayahnya yang gemar membaca, dan kebiasaan ini terus ia pelihara hingga dewasa.
Bagi Emmy, menulis bukan hanya soal bercerita, tetapi juga sarana untuk melepas perasaan, menjaga kesehatan mental, dan bahkan mencegah kepikunan. Ia percaya bahwa menulis adalah salah satu cara untuk menunaikan kewajiban spiritual, sebagai bentuk refleksi diri.
Conny TS melihat menulis sebagai kesempatan untuk mengungkapkan pengalaman hidup dan meresapi kembali kenangan yang terpendam. Baginya, menulis dengan Elang Padma membawanya kembali ke masa mudanya, menggali kembali gairah yang pernah hilang.
Bagi Emmy Kuswandari, menulis memiliki kekuatan penyembuhan, baik untuk diri sendiri maupun sebagai sarana untuk melestarikan sejarah keluarga. Mira Achiruddin, seorang pengusaha dan pelukis, melihat menulis sebagai media kontemplasi yang membantunya menuangkan emosi dan pemikiran dalam bentuk yang bermakna. Rita Audriyanti, yang memulai menulis di usia 53, memandangnya sebagai cara untuk mengabadikan jejak hidup sebagai warisan bagi anak cucu.
Kirana Kejora, penulis senior yang menjadi mentor para penulis dalam proses ini, memberikan pesan yang penuh inspirasi: Menulis adalah sebuah perayaan pikiran dan hati. Ini adalah perjalanan tanpa batas yang tidak hanya memperkaya diri sendiri, tetapi juga menginspirasi orang lain.
“Buku Amerta Kidung Padma adalah hasil dari kolaborasi luar biasa dan semangat para penulis yang tak pernah padam. Semoga buku ini menjadi penggerak bagi semakin banyak orang untuk menulis dan berbagi,” katanya.
Selain peluncuran Amerta Kidung Padma, Parade Agung 14 Buku Filmis juga akan mempersembahkan buku-buku lain yang mengangkat kearifan lokal Indonesia. Inilah salah satu media kreatif dalam mempromosikan produk literasi berbasis writerpreneur, di mana literasi tidak hanya tentang menulis, tetapi juga mempromosikan karya secara inovatif. (RIZ)
Discussion about this post