TANGERANG, WT – Kanker serviks masih menjadi ancaman serius bagi kaum perempuan, terutama di negara berkembang. Di Indonesia, kanker serviks menempati posisi kedua sebagai penyebab kematian akibat kanker pada wanita. Banyak penderita baru menyadari penyakit ini ketika sudah berada di stadium lanjut, padahal kanker serviks sebenarnya bisa dideteksi lebih awal dan dicegah melalui pemeriksaan rutin, seperti pap smear.
Konsultan Ginekologi Onkologi Eka Hospital BSD, Dr. Muhhamad Yusuf, SpOG (K), Onk mengatakan, pap smear berfungsi untuk mendeteksi adanya kelainan pada sel-sel di leher rahim sebelum berkembang menjadi kanker. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan secara berkala agar kanker serviks dapat dikenali dan ditangani sejak dini. Hal ini sangat penting karena pada banyak kasus, kanker serviks tidak menunjukkan gejala yang jelas pada tahap awal.
“Namun, wanita harus tetap waspada jika mengalami keluhan seperti keputihan berulang yang berbau, pendarahan di luar siklus menstruasi, atau munculnya bercak darah setelah berhubungan intim. Jika gejala-gejala tersebut muncul, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter,” katanya.
Menurutnya, pap smear dianjurkan untuk dilakukan oleh semua wanita yang telah menikah atau aktif secara seksual. Bagi wanita tanpa gejala atau keluhan, pap smear sebaiknya dilakukan setiap tiga tahun sekali. Namun, jika dokter menemukan adanya risiko tinggi, pemeriksaan perlu dilakukan lebih sering, bahkan setiap tahun.
“Untuk wanita yang sedang hamil, pap smear dapat dilakukan setelah melahirkan, idealnya tiga bulan pasca persalinan, asalkan tidak ada kelainan sebelumnya,” ucap Yusuf.
Ia menjelaskan persyaratan melakukan pap smear. Yakni, tidak melakukan hubungan seksual selama dua hari sebelum pemeriksaan. Tidak menggunakan pembersih kewanitaan selama tiga hari sebelum pemeriksaan serta
tidak sedang menstruasi pada saat pemeriksaan.
Yusuf menjelaskan, selain pap smear konvensional, teknologi kedokteran kini telah berkembang dengan hadirnya metode co-testing pap smear, yang juga sudah tersedia di beberapa rumah sakit di Indonesia. Metode ini menggabungkan pemeriksaan pap smear dengan tes DNA HPV. Tes DNA HPV dapat mendeteksi keberadaan virus HPV, penyebab utama kanker serviks, sementara pap smear mendeteksi sel-sel abnormal pada leher rahim.
“Dengan menggunakan metode co-testing pap smear, deteksi dini kanker serviks menjadi lebih akurat dibandingkan hanya dengan pap smear biasa. Hal ini membantu dokter menemukan kanker pada stadium awal, yang memberikan peluang lebih besar untuk pengobatan yang efektif,” terangnya.
Untuk itu, Yusuf menyarankan, pap smear dan co-testing sangat penting untuk menjaga kesehatan kewanitaan. Melakukan pemeriksaan secara rutin dapat membantu mendeteksi kanker serviks sedini mungkin dan mencegah akibat yang lebih fatal.
“Pencegahan dan deteksi dini adalah kunci utama dalam menjaga kesehatan Anda. Jangan abaikan langkah pencegahan ini demi kesehatan dan kesejahteraan Anda di masa depan,” tutupnya. (RIZ)
Discussion about this post