TANGERANG, WT – Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologis yang umum terjadi pada populasi usia lanjut, dengan keluhan utama seperti gerakan melambat, gemetar (tremor), dan kekakuan pada sendi (rigiditas).
Gejala-gejala ini dapat makin memberat seiring dengan pertambahan usia. Operasi DBS atau Deep Brain Stimulation adalah salah satu prosedur yang dapat membantu memperbaiki gejala Parkinson dan meningkatkan kualitas hidup penyandang Parkinson.
Dokter Spesialis Saraf Siloam Hospitals Lippo Village, Dr. dr. Rocksy Fransisca V Situmeang, Sp.N mengatakan Operasi Deep Brain Stimulation (DBS) atau pemasangan stimulasi saraf di dalam otak merupakan sebuah prosedur medis yang digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi neurologis seperti penyakit Parkinson. Prosedur ini melibatkan pemasangan elektroda tipis pada bagian tertentu dari otak, yang kemudian memberikan impuls listrik untuk meningkatkan fungsi motorik atau menghambat aktivitas yang berlebihan pada saraf.
“Elektroda ini terhubung ke generator yang ditanam di bawah kulit di dada. Generator ini mengirimkan sinyal listrik ke otak yang membantu mengurangi gejala Parkinson. Metode DBS adalah salah satu dari beberapa pengobatan yang tersedia untuk Parkinson dan telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala,” katanya kepada wartawan pada Selasa, (11/7/2023).
dr. Rocksy menyebutkan elektroda DBS memancarkan impuls listrik yang bertujuan untuk mengatasi gejala Parkinson. Elektroda DBS bekerja dengan memberikan stimulus ke daerah otak tertentu yang terlibat dalam mengatur gerakan tubuh. Sinyal ini membantu mengurangi tremor, kekakuan, dan kesulitan bergerak yang terkait dengan Parkinson.
“DBS juga dapat membantu mengurangi efek samping dari obat Parkinson yang digunakan untuk mengontrol gejala,” ucapnya.
Ia menjelaskan, Keuntungan dari Deep Brain Stimulation pada Pasien Parkinson, antara lain, menurunkan intensitas gejala seperti tremor, kaku, gerakan lambat, dan ketidakmampuan untuk bergerak dapat dikurangi dengan DBS.
Kemudian, mengurangi dosis obat. DBS dapat mengurangi dosis obat yang biasanya di konsumsi untuk mengobati penyakit Parkinson. Dosis obat yang dikonsumsi menjadi lebih sedikit sehingga dapat meminimalkan efek samping dari obat. Hal ini juga membantu meningkatkan kualitas hidup pasien.
Lalu, Prosedur yang aman. Pemasangan DBS tidak mempengaruhi kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Area otak yang distimulus terbatas pada lokasi tertentu yang mempengaruhi gerakan, sehingga tidak mempengaruhi fungsi otak lainnya. Oleh karena itu, pasien dapat menjalani kegiatan sehari-hari dalam kondisi yang sama seperti sebelumnya.
Selain itu, DBS efektif dalam jangka waktu lama. Terapi DBS dapat terus efektif selama bertahun-tahun. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan rutin pada pasien untuk memastikan stimulasi pada DBS tetap berjalan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
Serta, Prosedur yang dapat diatur dengan mudah. Terapi DBS dapat dengan mudah diatur sesuai dengan kebutuhan pasien. Ketika suatu program dimulai, pasien dapat memantau hasilnya dan berbicara dengan dokter tentang tingkat stimulasi yang diperlukan. Pasien dapat memulai terapi dengan tingkat stimulasi yang lebih rendah, dan meningkatkan dosis seiring berjalannya waktu.
“Melihat dari beberapa keuntungan di atas, DBS dapat menawarkan pengobatan yang aman dan efektif untuk gejala Parkinson. Namun, setiap pasien memiliki kondisi yang unik, oleh karena itu, sangat ditekankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai terapi DBS,” jelas dr. Rocksy.
Pemilihan Pasien yang Tepat untuk DBS pada Pasien Parkinson
Perlu diingat, setiap pasien memiliki kondisi yang unik, kondisi tersebut memengaruhi keputusan seorang pasien untuk melakukan operasi DBS. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi yang teliti oleh dokter spesialis saraf untuk memastikan pasien tersebut memenuhi syarat. Berikut adalah beberapa kriteria pasien yang cocok untuk dilakukan operasi DBS pada pasien Parkinson:
1. Penegakan diagnosis Penyakit Parkinson
Pasien harus memiliki diagnosis Parkinson yang ditegakkan dengan jelas. Tipe Parkinson yang lebih berat seperti Parkinson refraktori dapat menjadi indikasi untuk menjalani terapi DBS.
2. Telah maksimal dalam menggunakan obat
Pasien harus sudah mencoba dan memaksimalkan obat-obatan Parkinson yang tersedia dan tidak memberikan pengobatan yang memadai dalam mengontrol gejala, sehingga opsi bedah menjadi pertimbangan.
3. Tidak adanya efek samping yang signifikan dari obat
Pasien harus mampu mentoleransi efek samping dari obat obatan yang diberikan. Jika pasien tidak dapat mentoleransi efek samping terkait dengan obat-obat ini, maka opsi bedah bisa dianggap sebagai alternatif.
4. Kondisi medis lain yang stabil
Pasien harus dalam kondisi kesehatan yang cukup baik dan tidak memiliki penyakit medis lain yang bertentangan dengan operasi DBS. Pada pasien yang menderita penyakit medis lain seperti epilepsi yang tidak terkontrol atau terapi kanker sistemik, sebaiknya menunda operasi DBS ini.
5. Usia pasien
Umur pasien yang direkomendasikan tidak lebih dari 75 tahun, namun demikian tetap diperlukan diskusi antara pasien, dokter, dan keluarga.
6. Kualitas hidup pasien
Pasien harus memiliki keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup dan memperbaiki cara hidup sehat. Pasien harus mengerti bahwa operasi DBS Parkinson bukanlah obat ajaib yang akan menghilangkan penyakit, tetapi metode pengobatan yang bertujuan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
Demikian beberapa kriteria pasien yang cocok untuk operasi DBS Parkinson, keputusan pilihan untuk menjalani operasi DBS harus didasarkan pada evaluasi yang cermat dan diskusi antara pasien, dokter spesialis neurologi, dan keluarga. (RIZ)
Discussion about this post