TANGERANG – Komnas HAM dan media massa, termasuk media massa berbasis internet atau media siber, memiliki fungsi yang sama, yakni sebagai sumber kebenaran yang lain yang melengkapi kebenaran yang dimiliki penguasa.
Hal itu disampaikan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Ahmad Taufan Damanik dalam pelantikan Pengurus Daerah Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Provinsi Banten, Ketua Komnas HAM, di Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Serpong, Tangerang, Jumat sore (7/5/2021).
Komnas HAM memandang profesi wartawan sebagai pembela HAM atau human rights defender. Sudah menjadi kesepakatan bersama antara Komnas HAM dan Dewan Pers untuk melindungi media dan wartawan.
“Tugas media adalah untuk menginformasikan dan memberitakan kepada publik. Tetapi ada tugas lain, yakni untuk memberikan kritisisme terhadap kekuasaan. Check and balance terhadap kekuasaan. Itu tugas mulia. Banyak orang tidak mampu. Kritisisme dibutuhkan dalam demokrasi,” kata Taufan.
Dia menceritakan pesan yang disampaikan salah seorang pendiri Komnas HAM, Hassan Wirajuda, pada ulang tahun ke-25 Komnas HAM sekitar dua tahun lalu.
“Komnas HAM ini didirikan selain untuk memperjuangkan dan melindungi HAM, tugasnya adalah menjadi sumber kebenaran yang lain atau penanding dari kebenaran yang diklaim oleh kekuasaan,” ujarnya.
“Sama dengan media. Kalau media manut-manut saja pada kekuasaan, tidak melakukan check and balance, media akan kehilangan perjuangan dan jati diri,” tegas mantan Dosen Universitas Sumatera Utara (USU) ini.
Karena itu, dia melanjutkan, pihak-pihak yang sedang diberi amanah sebagai pejabat publik perlu menerima kritik yang disampaikan media massa dengan lapang dada.
“Saya begitu rupa banyak dikritik oleh media. Tetapi dibandingkan dengan pemberitaan yang positif terhadap apa yang kita kerjakan, kritiknya sebenarnya tidak sebanding (lebih kecil),” terang Taufan.
Informasi yang diberitakan media massa dikerjakan dengan aturan-aturan yang sangat ketat, berpatokan pada kode etik jurnalistik dan berorientasi melindungi kepentingan rakyat banyak. Sementara informasi media sosial tidak sedikit yang tidak ketulungan dan tidak jelas.
“Maka saya sepakat dengan Bung Teguh agar JMSI dapat membangun satu ekosistem media siber dan sekalius juga melakukan penyehatan terhadap ekosistem media sosial,” ucap Taufan.
Dia menyampaikan rasa prihatin terhadap komunikasi publik masyarakat Indonesia akhir-akhir ini di jagat media sosial.
“Sehari-hari, kalau saya baca (media sosial), prihatin. Saya tidak marah diperlakukan seperti itu, dimaki-maki. Cuma saya sedih saja. Kalau begini cara kita berkomunikasi, mengerikan. Peradaban bangsa kita mau kemana?” tutup Taufan. (RAY)
Discussion about this post