TANGERANG, WT – Gagal jantung merupakan salah satu penyakit serius yang kini masih sering menjadi masalah dalam masyarakat.
Penyakit ini sebagai sindrom klinis yang menyebabkan jantung tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh, akhirnya dapat menyebabkan beberapa gejala seperti sesak napas, lemas, hingga pembengkakan di area kaki akibat bendungan yang terjadi setelah kekuatan pompa jantung menurun.
Berdasarkan data dari BPJS, penyakit jantung merupakan penyumbang beban biaya terbesar dalam kasus masalah kesehatan, dimana per tahun 2021 pembiayaan kesehatan pada penyakit jantung mencapai sebesar Rp.7,7 triliun. Ini membuat penyakit jantung seperti gagal jantung merupakan salah satu kasus kesehatan yang paling sering ditangani di Indonesia.
Pada tahap awal, gagal jantung bisa dikendalikan dengan mengonsumsi obat-obatan. Akan tetapi jika gagal jantung telah diikuti dengan adanya gangguan hantaran listrik irama jantung, maka ini sudah membutuhkan penanganan dan konsultasi dengan dokter. Sebanyak 30% kasus gagal jantung mengalami irama pada ventrikel kanan dan ventrikel kiri, sehingga kontraksi kedua ventrikel tersebut tidak selaras dan kerja pompa jantung menjadi tidak efektif.
Oleh karena itu, industri kesehatan akhirnya berinovasi untuk mencari solusi dalam mengatasi permasalahan gagal jantung yang bisa merenggut nyawa seseorang kapan saja. Dan disitulah pengobatan CRT (Cardiac Resynchronization Therapy) atau terapi resinkronisasi jantung hadir untuk menjadi solusi Anda.
Apa itu CRT atau Terapi Resinkronisasi Jantung?
Metode CRT atau terapi resinkronisasi jantung merupakan metode terbaru dalam mengatasi permasalahan bilik jantung yang tidak dapat berkontraksi dengan baik. Terapi tersebut digunakan untuk menurunkan risiko terkena gagal jantung. Penggunaan CRT dilakukan untuk membantu meningkatkan irama jantung dan gejala yang terkait dengan aritmia.
Alat CRT dapat menyinkronkan detak dinding jantung supaya kerja lebih baik menggunakan alat bernama alat pacu jantung biventrikular. Penggunaan alat tersebut bekerja dengan mengirimkan sinyal listrik ke kedua bilik bawah jantung (ventrikel kanan dan kiri), yang kemudian akan memicu ventrikel untuk berkontraksi dengan cara yang lebih terkoordinasi, yang meningkatkan pemompaan darah keluar dari jantung.
Siapa yang membutuhkan CRT atau terapi resinkronisasi jantung?
Terapi resinkronisasi jantung digunakan kepada pasien yang memiliki gangguan irama jantung dan diduga berisiko untuk terkena gagal jantung. Ini karena ketika mengalami gagal jantung, otot-otot jantung akan melemah seiring waktu dan mungkin tidak dapat memompa cukup darah untuk menopang tubuh. Jika semakin memburuk, ini dapat menyebabkan asupan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh semakin berkurang.
Sebelum menentukan membutuhkan CRT atau terapi resinkronisasi jantung, dokter perlu memeriksa terlebih dahulu kesehatan jantung. Dokter akan memeriksa riwayat kesehatan dan kemudian akan diikuti dengan pemeriksaan menyeluruh dengan cardiac imaging.
Dokter mungkin akan mempertimbangkan pemasangan CRT jika Anda menunjukan beberapa gejala seperti:
Memiliki gejala gagal jantung sedang hingga berat
Ruang pompa (ventrikel) jantung tidak bekerja dengan sinkron
Hasil tes menunjukkan jantung semakin melemah dan membesar
Tidak adanya pengaruh yang terlihat dari obat-obatan dan perubahan gaya hidup dalam mengendalikan risiko gagal jantung Anda
Pelaksanaan CRT atau terapi resinkronisasi jantung
Sebelum operasi pemasaran CRT, dokter mungkin akan menginstruksikan Anda terkait hal yang harus Anda lakukan dan hindari, seperti tidak makan dan minum dan tidak mengonsumsi obat-obatan tertentu. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk memberikan detail dan riwayat kesehatan serta obat-obatan Anda agar prosedur dapat berjalan dengan lancar.
Selama operasi, Anda akan berada dalam pengaruh obat suntik sehingga tubuh Anda rileks dan terkantuk. Prosedur biasanya akan berjalan selama 30 – 90 menit tergantung dari respon dan kondisi tubuh Anda selama masa operasi.
Dokter akan memulai prosedur dengan memberikan sayatan kecil di dekat tulang selangka untuk menaruh selang kateter untuk pemasangan alat CRT. Alat akan dimasukan ke dalam jantung melalui pembuluh darah dengan bantuan panduan dari mesin sinar-X.
Setelah pemasangan baterai selesai, dokter akan menguji alat dengan mengirimkan impuls listrik. Jika alat bekerja dengan baik, dokter akan melanjutkan dengan menempatkan alat pacu jantung CRT ke dalam tubuh Anda dan menghubungkannya dengan kateter yang sudah ditempatkan sebelumnya.
Setelah prosedur CRT
Setelah pemasangan alat CRT selesai, dokter kemudian akan menutup kembali luka dengan jahitan dan Anda akan segera dibawa ke ruangan pemulihan setelah operasi dan dipantau selama beberapa waktu.
Jika dirasa tidak ada komplikasi, maka akan diperbolehkan untuk segera pulang dengan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Selama 6 minggu, Anda akan diminta untuk tidak melakukan kegiatan yang berat seperti mengangkat beban dan untuk tidak melakukan gerakan-gerakan mendadak seperti berlari. Hal ini bertujuan agar alat CRT dapat beradaptasi dengan tubuh Anda terlebih dahulu setelah ditanamkan.
Dokter akan meresepkan beberapa obat yang harus konsumsi secara rutin, serta menjadwal janji dengan dokter rutin (biasanya 6 bulan sekali) untuk melihat kondisi serta kerja alat CRT tetap berfungsi dengan baik. Selain itu juga akan dihimbau untuk menghindari tempat atau ruangan dengan medan magnet tinggi, karena dapat mengganggu kerja alat CRT.
Kapan harus konsultasi ke dokter?
Untuk menentukan apakah Anda membutuhkan CRT atau tidak, Anda membutuhkan pemeriksaan langsung dari dokter. Oleh karena itu apabila Anda merasakan ada suatu masalah pada jantung Anda, seperti sering berdetak kencang atau nyeri dada tanpa sebab yang pasti, segera konsultasikan diri Anda ke dokter jantung terdekat.
Eka Hospital telah menyediakan teknik CRT atau terapi resinkronisasi jantung yang bisa Anda lakukan di pusat jantung dan kardiovaskular MyCardia. (RLS)
Penulis: dr. Simon Salim, Sp.PD-KKV, Mkes, AIFO, FINASIM, FACP, FICA
Konsultan Intervensi Jantung dan Aritmia Eka Hospital BSD.
Discussion about this post