TANGERANG, WT – Lonjakan harga kelapa di dalam negeri belakangan ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku industri hilir, khususnya produsen arang briket kelapa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor kelapa butir mencapai 71.077 ton hanya dalam dua bulan terakhir, dengan negara tujuan utama seperti China, Vietnam, dan Thailand.
Ketua Umum Asosiasi Briket Kelapa Nusantara (ASBRINTARA), Denni Fauzi, menyebutkan bahwa situasi ini berdampak serius terhadap industri briket nasional. “Ketersediaan kelapa sangat menentukan kelangsungan produksi arang briket. Saat ini, lebih dari 60 persen produsen di Pulau Jawa terpaksa menghentikan produksi karena sulitnya memperoleh bahan baku. Kalaupun ada, harganya sudah tidak terjangkau,” ujarnya pada Selasa, 23 April 2025.
Denni juga menyoroti potensi kehilangan mata pencaharian bagi ribuan tenaga kerja akibat kondisi ini. Ia menilai ekspor kelapa butir yang berlebihan justru bertolak belakang dengan agenda nasional hilirisasi industri.
“Ini sangat ironis. Indonesia yang memiliki perkebunan kelapa terluas di dunia justru mengalami kelangkaan kelapa di dalam negeri. Seperti kelaparan di lumbung padi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ASBRINTARA mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan. “Kami minta agar Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, dan Menko Perekonomian segera menerapkan moratorium sementara ekspor kelapa. Pemerintah perlu menyusun regulasi baru yang bisa mengakomodasi semua pihak, mulai dari petani hingga pelaku industri,” tegas Denni.
Menurutnya, tanpa kebijakan yang berpihak pada industri hilir, cita-cita mewujudkan nilai tambah dari komoditas kelapa hanya akan menjadi wacana semata. (RIZ)
Discussion about this post