TANGERANG, WT- Atrial fibrilasi jantung merupakan salah satu gangguan aritmia atau irama jantung yang menyebabkan jantung berdetak secara tidak beraturan.
Secara normal, jantung berdetak secara beraturan sebanyak 60 kali per menit (beats per minute) dan mencapai 100 kali saat sedang beraktivitas fisik, namun pada gangguan atrial fibrilasi itu dapat berubah menjadi tidak beraturan tanpa penyebab yang jelas bahkan bisa melebihi 100 kali.
Konsultan Intervensi dan Aritmia Jantung Eka Hospital BSD, dr. Ignatius Yansen Ng, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC menjelaskan jantung memiliki 4 ruang atau bilik dalam memompa darah ke seluruh tubuh, yang terdiri dari dua bilik atas yang disebut atrium dan dua bilik bawah disebut ventrikel.
Tiap bilik ini memiliki fungsi masing-masing dalam memompa dan menyimpan darah kotor dan darah bersih ke tubuh kita. Pada bilik jantung bagian atas, ada sekelompok sel yang bertanggung jawab dalam menyebabkan dan memastikan jantung berdetak secara normal.
“Namun pada atrial fibrilasi, jantung berdetak secara tidak beraturan tanpa penyebab yang jelas bahkan bisa sangat cepat. Kondisi ini terjadi karena adanya masalah atau kelainan pada bilik jantung bagian atas (atrium) tersebut yang membuatnya berdetak secara tidak beraturan dan berdetak secara tidak sinkron dengan ruang jantung bagian bawah atau ventrikel,” katanya pada Jumat, 5 Januari 2024.
Menurutnya, adapun beberapa faktor yang dipercaya dapat menyebabkan atau memicu terjadinya atrial fibrilasi jantung, seperti: faktor usia adalah faktor risiko utama, riwayat penyakit jantung seperti serangan jantung atau gagal jantung, memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi), ada gangguan pernapasan seperti pneumonia yang menghalangi suplai oksigen ke jantung, gangguan tidur seperti apnea tidur yang menghalangi asupan oksigen selama tidur serta gaya hidup yang buruk seperti merokok dan konsumsi minuman alkohol.
Bagi banyak orang, atrial fibrilasi mungkin tidak akan menunjukan gejala, akan tetapi atrial fibrilasi jantung dapat menyebabkan detak jantung yang cepat dan berdebar-debar, dan bisa menghasilkan rasa sesak napas atau bahkan pusing.
“Jika dibiarkan terlalu lama tanpa penanganan, atrial fibrilasi dapat berimbas buruk pada kesehatan, salah satunya yaitu gagal jantung dan meningkatkan risiko untuk terkena serangan stroke,” jelas Ignatius.
Dijelaskan Igantius, atrial fibrilasi memiliki risiko yang berbahaya untuk kesehatan, sehingga penanganan sebaiknya dilakukan secepatnya apabila sudah terdiagnosa. Penanganan atrial fibrilasi akan lebih baik dan lebih efektif bila dilakukan dalam kondisi dini sebelum terjadi komplikasi pada jantung dan otak.
“Dokter dapat mendiagnosa atrial fibrilasi dengan beberapa tes, seperti contoh Elektrokardiogram atau EKG untuk melihat aktivitas jantung,” ucapnya.
Atrial fibrilasi adalah gangguan yang dapat menyebabkan detak jantung menjadi lebih cepat, oleh sebab itu dokter perlu memperbaiki gangguan yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dari biasanya.
“Pengobatan akan ditentukan berdasarkan dari tingkat keparahan aritmia yang terjadi. Jika atrial fibrilasi tidak terlalu parah maka dokter dapat merekomendasikan obat atau penanganan seperti kardioversi listrik untuk mengembalikan denyut jantung kembali normal. Namun jika atrial fibrilasi sudah mengancam kesehatan, maka dokter akan merekomendasikan beberapa metode,” ucap Ignatius.
Ia menerangkan, salah satu metode yang dapat dilakukan yaitu cryoablation, yaitu metode ablasi jantung terbaru menggunakan energi dingin untuk memperbaiki gangguang listrik pada bagian jantung yang menyebabkan detak menjadi tidak beraturan.
Cryoablation adalah metode minimal invasif yang dilakukan untuk mengembalikan irama jantung normal dengan menonaktifkan bagian jantung yang membuat detak jantung tidak teratur.
“Prosedur tersebut bekerja dengan memasukan sebuah selang kecil disebut kateter dengan balon di ujungnya yang digunakan untuk menangani gangguan irama jantung, terutama atrial fibrilasi.” terang Ignatius.
Berbeda dengan prosedur ablasi konvensional, cryoablation menggunakan energi dingin ketimbang energi panas dan membekukan bagian jantung yang menyebabkan jantung berdetak secara lebih cepat tidak beraturan. Penggunaan energi dingin dipercaya lebih aman dan lebih efektif dalam menangani gangguan aritmia jantung seperti atrial fibrilasi.
“Proses cryoablation yang minimal invasif memungkinkan dokter untuk menangani pasien tanpa harus melakukan pembedahan besar. Dokter hanya perlu membuat sayatan kecil untuk memasukan selang kateter yang biasanya akan dimasukan melalui selangkangan dan akan dimasukan perlahan hingga mencapai jantung,” jelas Ignatius.
Kata Igantius, melalui sensor yang ada di ujung kateter, dokter dapat melihat langsung keadaan jantung pasien sehingga bisa menentukan dan mengevaluasi letak bagian jantung yang menyebabkan atrial fibrilasi. Setelah dokter menemukan pusat masalah, maka balon yang ada di ujung akan dipompa hingga mengembang, dan energi dingin akan dialirkan melalui kateter dan membekukan dan mengisolasi vena pulmonalis yang merupakan bagian jantung yang menyebabkan detak jantung tak beraturan.
“Setelah tindakan dilakukan, dokter kemudian akan mengeluarkan kateter dan menutup luka dengan jahitan. Setelah itu pasien akan dibawa ke ruang pemulihan dan beristirahat, biasanya selama satu hari untuk dilihat perkembangannya pasca tindakan. Jika dirasa tidak ada masalah, maka dokter dapat memulangkan pasien,” pungkasnya. (RLS)
Discussion about this post