TANGERANG, WT – Kehamilan merupakan masa penuh harapan bagi calon orang tua, namun juga disertai dengan kekhawatiran mengenai kondisi kesehatan janin. Menurut dr. Reza Tigor Manurung, Sp.OG, Subsp.KFM, Dokter Subspesialis Fetomaternal di Women’s Health Center Bethsaida Hospital, banyak pasangan yang mengajukan pertanyaan seputar kesehatan janin mereka. Untuk itu, diagnosis prenatal menjadi solusi penting dalam mendeteksi kondisi janin sejak dini.
Perkembangan teknologi medis telah memungkinkan calon orang tua mendapatkan informasi akurat tentang kondisi janin sebelum kelahirannya. Meski begitu, banyaknya jenis pemeriksaan dapat membingungkan mereka, sehingga edukasi mengenai diagnosis prenatal sangat dibutuhkan.
Apa Itu Diagnosis Prenatal?
Diagnosis prenatal adalah serangkaian tes medis yang dilakukan selama masa kehamilan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan pada janin. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi:
Kelainan kromosom, seperti Down Syndrome, Edwards Syndrome, Patau Syndrome, dan Turner Syndrome.
Cacat lahir, termasuk spina bifida, kelainan jantung, atau bibir sumbing.
Penyakit genetik turunan, seperti cystic fibrosis dan sickle cell disease.
Pertimbangan Sebelum Menjalani Diagnosis Prenatal
Keputusan menjalani diagnosis prenatal bersifat sangat personal. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan meliputi:
Risiko dan manfaat dari masing-masing tes.
Tingkat akurasi hasil, serta kemungkinan hasil positif atau negatif palsu.
Dampak hasil tes terhadap keputusan terkait kehamilan.
Biaya yang berbeda tergantung pada jenis pemeriksaan.
Faktor yang Meningkatkan Risiko Kelainan Janin
Pemeriksaan prenatal sangat dianjurkan apabila terdapat faktor-faktor risiko berikut:
Usia ibu di atas 35 tahun, karena berisiko lebih tinggi mengalami kelainan kromosom.
Riwayat keluarga dengan penyakit genetik atau kelainan kromosom.
Temuan tidak normal saat USG, yang dapat menjadi petunjuk awal gangguan struktural atau genetik.
Kehamilan sebelumnya dengan janin berkondisi khusus.
Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, calon orang tua bisa berkonsultasi lebih awal untuk menentukan pemeriksaan lanjutan yang tepat.
Waktu Ideal Melakukan Tes Prenatal
Diagnosis prenatal sebaiknya dilakukan pada waktu-waktu tertentu selama kehamilan agar hasilnya optimal, seperti:
Trimester pertama (minggu ke-11–13): Tes skrining awal risiko kelainan kromosom.
Trimester kedua (minggu ke-18–22): USG anatomi untuk menilai perkembangan organ janin.
NIPT (Non-Invasive Prenatal Testing): Tes darah ibu sejak minggu ke-10 untuk analisis DNA janin.
Amniosentesis: Pemeriksaan invasif setelah minggu ke-15 untuk mendeteksi kelainan genetik.
Chorionic Villus Sampling (CVS): Dilakukan pada minggu ke-10–13 dengan mengambil sampel plasenta.
Pentingnya Konsultasi dan Pemahaman
dr. Reza menekankan bahwa setiap pemeriksaan memiliki manfaat dan keterbatasannya masing-masing. Oleh karena itu, calon orang tua dianjurkan berdiskusi dengan dokter untuk memastikan bahwa jenis tes yang diambil sesuai dengan kebutuhan medis dan kondisi kehamilan.
“Diagnosis prenatal bukan sekadar untuk mendeteksi gangguan, tetapi memberikan kesempatan bagi orang tua untuk merencanakan masa depan anak dengan lebih baik,” jelas dr. Reza. (RIZ)
Discussion about this post