WARTA TANGERANG – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universita Multimedia Nusantara (UMN) ajak Desa Binaan UMN melakukan kunjungan studi banding ke Floating Market Lembang Bandung.
“Dengan kegiatan studi banding ini, kiranya dapat dikembangkan di desa binaan masing-masing untuk meningkatkan perekonomian warga desa. Salah satu dengan pengelolan situ, untuk pemenuhan kebutuhan pengunjung,” ujar Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Multimedia Nusantara Winarno, Rabu, (27/7/2022).
Sebelumnya, Desa Binaan UMN juga telah melakukan studi banding di pembudidayaan lobster air tawar di Kawasan Bintaro.
Lebih lanjut, Winarno mengatakan tema besar dari Desa Binaan, yakni Smart Village atau desa pintar. Dimana peran teknologi guna mempermuudah pekerjaan para pelaku usaha di Desa Binaan.
Adapun Smart Village meliputi 6 pilar, yakni Smart Governance, Smart Branding, Smart Economy, Smart Living, Smart Society, Smart Environment.
“Dengan penerapan Smart Village akan banyak kegiatan yang dapat dilakukan di desa dengan melibatkan berbagai komponen atau elemen desa, salah satunya membuat master plan desa. Sehingga siapapun kepala desanya dapat menggunakan master plan selanjutnya,” ujarnya.
Kunjungan studi banding pada Rabu, 27 Juli 2022 disambut baik para Pendamping dan Penggiat UMKM Jawa Barat.
“Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) di Jawa Barat (Jabar) menyambut baik kedatangan Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universita Multimedia Nusantara (UMN) bersama Desa Binaan di Floating Market Lembang. Bahkan, komunitas UMKM di Jabar siap melakukan kolaborasi untuk bersama memajukan sektor UMKM di Indonesia,” papar Pendamping & Penggiat UMKM Jawa Barat, Kang Uki.
“Kami sangat mengapresiasi UMN sebagai institusi pendidikan yang bersedia menjadi pendamping bagi para pelaku UMKM yang ada desa-desa,” ujarnya.
Sementara itu, Fasilitator UMKM dari Kota Bandung, Arif Rukmana mengatakan studi banding yang dilakukan Tim PKM UMN dan Desa Binaan ini berharap bisa dilakukan kolaborasi antar lintas institusi dan juga komunitas UMKM di Jawa Barat. Terlebih, sektor UMKM terus digencarkan di daerah Pasundan itu.
“Di Jawa Barat sedang dikembangkan ABCGM, yaitu sinergitas antar berbagai lini,” kata Arif Rukmana.
ABCGM ini, menurutnya adalah singkatan dari A, yang terdiri dari akademisi, pihak instansi kampus, dosen dan civitas akademika. Untuk B, yakni bisnis. Di mana pelaku usaha menjadi sentra kegiatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. C, yakni komunitas wirausaha yang tergabung dalam wadah UMKM untuk berjejaring.
Selain itu, ada G, yakni goverment atau pemerintah yang memberikan dukungan kepada UMKM dan institusi untuk sama-sama begerak bersama untuk menjaring pemasaran maupun produksi. Targetnya, UMKM makin naik kelas. Dan yang terakhir, yakni M atau media, yang memiliki peran penting.
“ABCGM ini saling terkait, bersinergi untuk memajukan sektor UMKM, agar UMKM di Jawa Barat maupun Indonesia naik kelas secara digital. Baik dalam digitalisasi pemasaran, produksi, maupun aspek managemen usaha, seperti pengelolaan keuangan, dan memanfaatkan teknologi yang dibutuhkan, seperti point of sales menggunakan agregator, seperti kumpulan market place,” terangnya.
Ia menilai, potensi sektor UMKM di Jawa Barat begitu besar. Maka itu, menurutnya sayang sekali jika pemerintah tidak menggandeng pelaku UMKM ini.
“UMKM di Jawa Barat dari di sektor kuliner dan fesyen. Data yang masuk ada lebih dari 1.200. Harapan 2023 nanti Kominfo RI bisa membuka pendaftaran lebih besar lagi dengan menambah kapasitas fasilitator dan peserta UMKM yang ditarget 4.000,” tandas Arif.
Studi Banding Desa Binaan: Tim PKM LPPM UMN dan UMKM Jabar Siap Berkolaborasi
WARTA TANGERANG – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universita Multimedia Nusantara (UMN) ajak Desa Binaan UMN melakukan kunjungan studi banding ke Floating Market Lembang Bandung.
“Dengan kegiatan studi banding ini, kiranya dapat dikembangkan di desa binaan masing-masing untuk meningkatkan perekonomian warga desa. Salah satu dengan pengelolan situ, untuk pemenuhan kebutuhan pengunjung,” ujar Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Multimedia Nusantara Winarno, Rabu, (27/7/2022).
Sebelumnya, Desa Binaan UMN juga telah melakukan studi banding di pembudidayaan lobster air tawar di Kawasan Bintaro.
Lebih lanjut, Winarno mengatakan tema besar dari Desa Binaan, yakni Smart Village atau desa pintar. Dimana peran teknologi guna mempermuudah pekerjaan para pelaku usaha di Desa Binaan.
Adapun Smart Village meliputi 6 pilar, yakni Smart Governance, Smart Branding, Smart Economy, Smart Living, Smart Society, Smart Environment.
“Dengan penerapan Smart Village akan banyak kegiatan yang dapat dilakukan di desa dengan melibatkan berbagai komponen atau elemen desa, salah satunya membuat master plan desa. Sehingga siapapun kepala desanya dapat menggunakan master plan selanjutnya,” ujarnya.
Kunjungan studi banding pada Rabu, 27 Juli 2022 disambut baik para Pendamping dan Penggiat UMKM Jawa Barat.
“Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) di Jawa Barat (Jabar) menyambut baik kedatangan Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universita Multimedia Nusantara (UMN) bersama Desa Binaan di Floating Market Lembang. Bahkan, komunitas UMKM di Jabar siap melakukan kolaborasi untuk bersama memajukan sektor UMKM di Indonesia,” papar Pendamping & Penggiat UMKM Jawa Barat, Kang Uki.
“Kami sangat mengapresiasi UMN sebagai institusi pendidikan yang bersedia menjadi pendamping bagi para pelaku UMKM yang ada desa-desa,” ujarnya.
Sementara itu, Fasilitator UMKM dari Kota Bandung, Arif Rukmana mengatakan studi banding yang dilakukan Tim PKM UMN dan Desa Binaan ini berharap bisa dilakukan kolaborasi antar lintas institusi dan juga komunitas UMKM di Jawa Barat. Terlebih, sektor UMKM terus digencarkan di daerah Pasundan itu.
“Di Jawa Barat sedang dikembangkan ABCGM, yaitu sinergitas antar berbagai lini,” kata Arif Rukmana.
ABCGM ini, menurutnya adalah singkatan dari A, yang terdiri dari akademisi, pihak instansi kampus, dosen dan civitas akademika. Untuk B, yakni bisnis. Di mana pelaku usaha menjadi sentra kegiatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. C, yakni komunitas wirausaha yang tergabung dalam wadah UMKM untuk berjejaring.
Selain itu, ada G, yakni goverment atau pemerintah yang memberikan dukungan kepada UMKM dan institusi untuk sama-sama begerak bersama untuk menjaring pemasaran maupun produksi. Targetnya, UMKM makin naik kelas. Dan yang terakhir, yakni M atau media, yang memiliki peran penting.
“ABCGM ini saling terkait, bersinergi untuk memajukan sektor UMKM, agar UMKM di Jawa Barat maupun Indonesia naik kelas secara digital. Baik dalam digitalisasi pemasaran, produksi, maupun aspek managemen usaha, seperti pengelolaan keuangan, dan memanfaatkan teknologi yang dibutuhkan, seperti point of sales menggunakan agregator, seperti kumpulan market place,” terangnya.
Ia menilai, potensi sektor UMKM di Jawa Barat begitu besar. Maka itu, menurutnya sayang sekali jika pemerintah tidak menggandeng pelaku UMKM ini.
“UMKM di Jawa Barat dari di sektor kuliner dan fesyen. Data yang masuk ada lebih dari 1.200. Harapan 2023 nanti Kominfo RI bisa membuka pendaftaran lebih besar lagi dengan menambah kapasitas fasilitator dan peserta UMKM yang ditarget 4.000,” tandas Arif.(RLS)
Discussion about this post