TANGERANG-Universitas Prasetiya Mulya menggelar Experience Leisure Collaboration (ELC) FINAL 2020 Prasetiya Mulya BSD yang merupakan tugas bagi mahasiswa semester 5 dan semester 7 jurusan S1 Branding untuk melakukan riset pemasaran wisata kota seperti Tangsel, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Jakarta Utara di Lantai 12 PMBS, Universitas Prasetiya Mulya, Kampus BSD, Senin (13/1/2020).
Prasetiya Mulya pun menggandeng Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Wahana Kreator Nusantara untuk menjadi dewan juri.
Terdapat setidaknya 16 karya yang berasal dari para mahasiswa yang menggali sejumlah potensi pariwisata di antaranya adalah mengangkat sejarah Daan Mogot di Tangsel, mengangkat Situ Gintung, Hutan Kota BSD, dan Kebun Ide.
Direktur Program Sarjana Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya, Christina Yosevina, menyampaikan, kegiatan ini untuk menjawab tantangan pendidikan yang kerap menganggap mahasiswa yang lulus hanya dapat berteori.
“Jadi kami berusaha untuk berkolaborasi antar mata kuliah, kami juga ingin selalu berkolaborasi dengan industri sehingga ketika mahasiswa sudah lulus apapun masalah yang ada di praktiknya mereka langsung bisa mengatasinya dengan bekal yang mereka dapat di bangku kuliah,” ujar Christina.
Sementara itu, Kasubbid Fasilitasi Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Feri Suprapto, menganggap kegiatan ini menjadi hal yang penting agar pemerintah sebagai pemangku kebijakan (policy maker) mendapat masukan ide-ide kreatif untuk mengangkat city tourism.
“Ini manfaat dari kami policy maker bertemu dengan mahasiswa dengan pihak universitas, masyarakat, ini menjadi poin penting dan poin kunci yang ingin digarisbawahi,” ucap Feri.
Feri bahkan mencontohkan ide mahasiswa di wilayah Tangsel. Menurutnya, Tangsel memiliki potensi pariwisata kota (city tourism). Akan tetapi di kota urban seperti Tangsel misalnya memang memiliki tantangan tersendiri. Pasalnya, Tangsel tidak memiliki sumber daya alam seperti tempat wisata lainnya yang dapat menarik turis luar negeri.
“Masih mendominasi oleh pikiran kita melihat pariwisata hanya alam. Ada juga kota-kota antara, kota-kota transit, sebenarnya sudah terbuka aksesnya, tinggal nanti bicara product development, semakin diragamkan produknya, itu adalah challange (tantangan) yang kita hadapi,” terangnya. (PHD)
Discussion about this post