Tangsel — Aksi kekerasan Gangster ‘Vembazaks’ yang dilakukan lima alumni Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berinisial H, R, FA, DAD dan K kepada sembilan pelajar di Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yakni MD, AD, KSN, RJH, JS, MSY, N, FN dan MFMA sangat tak mencerminkan sebagai pelajar
Lima alumni tersebut secara beringas melakukan kontak fisik mulai dari menampar, memukul, push up sembari diduduki, dicekoki miras oplosan, dipaksa merokok. Dan, bahkan para anak tersebut disuruh mematikan rokok menggunakan lidah.
Kejadian tersebut membuat Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie angkat bicara. Benyamin mengatakan, aksi kekerasan tersebut sangat menciderai integritas pelajar.
“Saya tidak pernah membayangkan itu dilakukan ditingkat sekolah, apalagi madrasah. Ini akan jadi bahan evaluasi dan saya sudah sampaikan ke Kepala Dinas, meski organisasinya memang bukan kewenangan kita, tetapi kejadian itu betul-betul melukai semua pihak. Itu akan menjadi perhatian kita,” ujar Benyamin, Minggu (10/11).
Benyamin juga tidak bisa membayangkan, para alumni yang notabene masih berstatus pelajar tingkat SMA bisa melakukan tindakan seperti itu.
“Minum-minuman keras, matiin rokok dilidah, itu saya tidak bisa membayangkan itu dilakukan oleh anak-anak, prihatin saya, saya prihatin sekali. Mudah-mudahan orang tuanya bisa memberikan perhatian tambahan. Dan, kemudian sekolahnya juga bisa memberikan sanksi kalau diperlukan,” tuturnya.
Untuk menindaklanjuti aksi kekerasan tersebut, pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel akan mengadakan pertemuan dengan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah Swasta (MKKSS) untuk mencari solusi agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
“Harus kita eliminasi ya, harus kita hilangkan kekerasan seperti ini. Saya akan berembuk dengan MKKSS dan saya kemarin sudah bertemu dengan guru-guru Kepala Sekolah swasta dalam beberapa level ada tingkat SD SMP untuk merumuskan gimana sih cara solusinya? Apa yang bisa kita lakukan oleh kita semua untuk menghilangkan kekerasan,” papar Benyamin.
Sebelumnya, salah satu orang tua korban kekerasan telah melaporkan aksi kekerasan ke Polsek Ciputat yang terdaftar dilaporan dengan nomor LP/1124/K/XI/2019/Sek Cip/Res Tangsel.
“Anak saya sewaktu pulang sekolah, di wajah sebelah kanan sudah bonyok. Saat itu anak saya mengaku tabrakan sewaktu bermain futsal. Saya tanya terus akhirnya baru ngaku, dipukuli oleh Alumni,” tutur Ikbal, Senin (4/11).
Diketahui, kelima pelajar yang mendapat aksi kekerasan ini ingin keluar dari geng tersebut dan tidak ingin ikut berkumpul lagi.
“Anak saya sama temennya ini mau keluar dari geng iti, tapi malah dijemput sama alumni itu sampe dipukulin kaya begitu,” tambahnya.
Tak berhenti sampai disitu, kesembilan siswa yang mengalami kekerasan ini harus menyetor sejumlah uang sebesar Rp 80 ribu. Dan uang tersebut digunakan untuk membeli peralatan untuk tawuran hingga membeli minuman keras.
Bahkan, salah satu korban yang menerima kekerasan tersebut langsung mengajukan pindah sekolah. Dengan alasan takut mengalami kejadian serupa. (Riz)
Discussion about this post