TANGERANG, WT – Berolahraga memiliki manfaat yang banyak untuk tubuh kita. Selain menjaga kebugaran, olahraga juga bisa menjaga kesehatan fungsi jantung untuk tetap terjaga.
Ini tentu akan menguntungkan para atlet yang sudah menjadikan olahraga sebagai keseharian mereka sehingga bukan rahasia lagi jika atlet memiliki tingkat kebugaran yang lebih kuat dibandingkan dengan masyarakat yang tidak berprofesi di bidang olahraga.
Namun tahukah Anda? Meski memang dapat membantu menjaga kesehatan jantung, atlet justru diketahui memiliki risiko aritmia yang lebih tinggi? Aritmia merupakan salah satu penyakit jantung yang menyebabkan detak jantung menjadi tak beraturan.
Menurut studi yang dilakukan oleh Canterbury Christ Church University di Canterbury, Inggris mengatakan bahwa atlet memiliki risiko 2.46 kali lipat lebih tinggi untuk terkena gangguan irama jantung dibandingkan dengan mereka yang bukan atlet. Kenapa ini bisa terjadi?
Konsultan intervensi dan aritmia jantung Eka Hospital BSD, dr. Ignatius Yansen Ng, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC
memberikan penjelasan terkait aritmia.
Penyebab Aritmia
Aritmia merupakan penyakit yang menyebabkan jantung berdetak secara lebih cepat, lebih lambat, atau bahkan tak beraturan. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang terkena aritmia, beberapa diantaranya yaitu:
• Memiliki riwayat penyakit jantung
• Mengidap diabetes
• Tekanan darah tinggi
• Penggunaan obat-obatan tertentu
• Stres
• Konsumsi rokok dan minuman alkohol berlebihan
Aritmia juga bisa disebabkan oleh masalah kesehatan seperti apnea tidur. Sehingga bisa disimpulkan aritmia bisa terjadi karena beberapa faktor dan jarang terjadi hanya karena 1 faktor saja.
Mengapa Atlet Lebih Berisiko Untuk Terkena Aritmia?
Penelitian telah menemukan jika atlet memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan irama jantung atau fibrilasi atrium. Namun meski begitu ini bukan menandakan jika sering berolahraga menyebabkan gangguan irama jantung, melainkan atlet diketahui berkaitan dengan gangguan irama jantung.
Atlet adalah profesi yang mengharuskan untuk sering berolahraga sehingga mereka akan aktif secara fisik. Seseorang yang aktif secara fisik tentu akan sering mengalami peningkatan detak jantung secara berkala, dan hal tersebut kurang baik untuk seseorang yang memiliki faktor-faktor timbulnya aritmia. Hal ini juga bisa diperkuat apabila atlet tersebut bermain di cabang olahraga campuran seperti sepakbola, sehingga memiliki risiko aritmia yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka atlet yang bermain di cabang olahraga ketahanan seperti berlari dan berenang.
Kejadian aritmia lebih tinggi terutama pada atlet karena latihan yang intensif sehingga beban jantung juga semakin tinggi dibandingkan orang awam yang melakukan olahraga. Dengan latihan ini akan menyebabkan adanya penebalan otot jantung yang akan meningkatkan risiko aritmia jantung.
Apakah Penderita Aritmia Masih Bisa Berolahraga?
Efek dari olahraga akhirnya menimbulkan pertanyaan, apakah artinya ini seseorang yang memiliki aritmia tidak bisa latihan dan berolahraga lagi selama hidupnya? Jawabannya tentu tidak, atlet dengan aritmia tentu masih dapat melakukan aktivitas fisik, namun dengan catatan sudah berkonsultasi dan mengikuti saran dari dokter terlebih dahulu.
Aritmia juga memiliki jenis dan tingkat keparahannya masing-masing, sehingga pada beberapa kasus tertentu berolahraga seharusnya tidak menjadi masalah untuk penderita aritmia dan dokter dapat merekomendasikan beberapa jenis olahraga yang cocok. Jenis olahraga yang biasanya direkomendasikan dokter terdiri namun tidak terbatas di:
• Peregangan tubuh
• Aerobik ringan
• Berenang
• Sepeda
• Jogging
Dokter bisa saja merekomendasikan jenis olahraga lain setelah memeriksa kondisi jantung, sehingga tidak menutup kesempatan bagi para atlet yang masih ingin tetap aktif berolahraga.
Tips Menurunkan Risiko Aritmia Untuk Atlet
Apabila Anda adalah atlet yang memiliki risiko untuk terkena gangguan aritmia, maka jangan khawatir untuk tidak bisa berolahraga kembali. Sebaiknya konsultasikan kondisi Anda terlebih dahulu dengan dokter untuk melihat kondisi aritmia yang Anda miliki. Dokter bisa memeriksa faktor-faktor melalui pemeriksaan fisik hingga pencitraan sehingga dapat mengevaluasi apakah sebaiknya tindakan penanganan aritmia sebaiknya dilakukan.
Jika Anda memiliki tanda-tanda aritmia, maka dokter dapat melakukan beberapa tindakan untuk mengatasi aritmia. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu dokter bisa meresepkan beberapa obat untuk menangani aritmia yang harus dikonsumsi secara rutin, sehingga pastikan untuk tidak melewati 1 obat sekalipun. Atau jika dirasa diperlukan, dokter bisa memberikan beberapa rekomendasi penanganan, salah satunya bisa melalui pemasangan pacemaker atau alat pacu jantung.
Dokter juga dapat merekomendasikan perubahan gaya hidup untuk menurunkan risiko dari aritmia, seperti:
• Rekomendasi latihan olahraga sesuai dari kondisi aritmia.
• Perubahan pola makan menjadi lebih sehat.
• Menghindari dan mengelola stres dengan bijak.
• Menjaga berat badan ideal.
• Berhenti merokok.
• Membatasi konsumsi kafein dan alkohol.
Itu dia informasi seputar aritmia pada atlet yang dapat disampaikan. Jika merasakan gejala-gejala aritmia, jangan ragu untuk periksakan diri Anda dengan dokter. Jangan biarkan aritmia membatasi mimpi Anda untuk mengejar mimpi menjadi atlet. (RLS)



















Discussion about this post