Tekanan darah manusia akan selalu berubah sepanjang hari. Hal ini dipengaruhi oleh emosi, aktivitas, dan pola makan Anda. Tekanan darah bisa naik setelah berolahraga, saat Anda sedang stress, sehabis minum kopi, atau saat Anda mendengar kabar buruk yang mengejutkan. Maka, pada saat itu bisa saja tekanan darah Anda tergolong tinggi.
Akan tetapi, hipertensi adalah kondisi tekanan darah tinggi yang kronis alias terjadi terus-terusan. Hipertensi terjadi saat tekanan darah Anda selalu tinggi dalam jangka waktu lama, apa pun yang sedang Anda lakukan atau makan.
Anda mungkin merasa sehat-sehat saja, tapi sebenarnya tekanan darah Anda sudah mulai merusak tubuh. Kalau dibiarkan, hal ini bisa mengarah pada masalah kesehatan serius seperti stroke dan penyakit jantung.
Bagaimana hipertensi terdiagnosis?
Tekanan darah Anda bisa dilihat dari dua jenis angka. Angka yang ada di atas adalah tekanan darah sistolik, yaitu tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung Anda berdegup. Angka yang di bawah adalah tekanan darah diastolik, yaitu tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung Anda beristirahat di antara setiap detakan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Anda didiagnosis hipertensi apabila tekanan darah sistolik (tekanan darah atas) setara dengan atau berada di atas angka 140 mmHg dan/ atau tekanan darah diastolik (tekanan darah bawah) setara dengan atau di atas angka 90 mmHg.
Membedakan penyebab dan faktor risiko hipertensi
Dalam beberapa kasus, hipertensi disebabkan oleh kondisi medis lain yang sudah lebih dulu menyerang. Kasus ini disebut hipertensi sekunder. Contoh penyebabnya antara lain kehamilan, kelainan jantung, dan penyakit ginjal. Biasanya kalau penyakit utama tersebut diobati, kondisi tekanan darah Anda akan normal kembali.
Sayangnya, 95 persen orang dengan tekanan darah tinggi mengalami hipertensi primer, yaitu tingginya tekanan darah tanpa penyebab yang jelas. Dalam kasus ini, berbagai faktor risiko telah dikaitkan dengan hipertensi.
Istilah “faktor risiko” itu sendiri bukan penyebab langsung dari suatu penyakit. Melainkan hanya kebiasaan, kondisi, dan hal-hal serupa yang bisa meningkatkan risiko Anda kena hipertensi. Maka, semakin banyak faktor risiko hipertensi yang Anda miliki, semakin besar pula peluang Anda kena hipertensi.
Apa saja yang termasuk faktor risiko hipertensi?
Beberapa faktor risiko hipertensi sudah tak bisa diubah lagi. Namun, masih banyak juga faktor risiko hipertensi yang bisa diubah dan dikendalikan agar peluang Anda kena hipertensi berkurang. Simak rinciannya di bawah ini.
Faktor risiko hipertensi yang tidak bisa diubah
- Riwayat hipertensi dalam keluarga. Bila orangtua, saudara kandung, atau anggota keluarga lainnya punya tekanan darah tinggi, Anda jadi lebih berisiko kena hipertensi.
- Usia. Semakin bertambah usia, pembuluh darah kita semakin kaku, tidak elastis lagi. Akibatnya, tekanan darah pun semakin meningkat. Namun, kondisi ini juga bisa terjadi pada anak-anak meskipun jarang.
- Jenis kelamin. Hingga mencapai usia 64 tahun, pria lebih rentan kena tekanan darah tinggi daripada wanita. Sedangkan pada usia 65 tahun ke atas, wanita yang lebih rentan mengalami tekanan darah tinggi.
Faktor risiko hipertensi yang masih bisa diubah
- Obesitas dan kelebihan berat badan. Anda tergolong kelebihan berat badan kalau indeks massa tubuh Anda di atas 23. Sedangkan Anda tergolong obesitas kalau indeks massa tubuh Anda di atas 25. Cek dulu berapa indeks massa tubuh Anda dengan kalkulator IMT di sini. Semakin berat massa tubuh Anda, semakin banyak darah yang diperlukan untuk mengantar oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh. Karena itu, tekanan dalam arteri akan naik agar darah bisa diedarkan dengan lancar. Akibatnya, jantung yang dipaksa kerja keras lama-lama bisa mengalami kerusakan.
- Kurang gerak. Kalau Anda tidak banyak bergerak, detak jantung Anda biasanya lebih tinggi. Ini berarti jantung akan memompa lebih keras dalam setiap detaknya. Namun, saat Anda olahraga tubuh akan menghasilkan hormon yang melemaskan pembuluh darah dan menurunkan tekanan dalam darah.
- Pola makan. Makan terlalu banyak garam (yang mengandung natrium) dan kekurangan kalium adalah faktor risiko hipertensi. Natrium dalam garam bisa mempersempit pembuluh darah dan membuat tubuh menyimpan banyak cairan. Kedua hal ini kemudian bisa meningkatkan tekanan darah.
- Merokok. Pada saat Anda merokok, tekanan darah akan naik. Punya kebiasan merokok berarti Anda jadi berisiko mengalami hipertensi. Ditambah lagi, zat-zat beracun dalam merokok bisa merusak pembuluh darah. Bahkan orang yang jadi perokok pasif atau menggunakan tembakau jenis lain pun juga berisiko kena hipertensi.
- Kecanduan alkohol. Minum alkohol lebih dari dua sajian per hari bisa menyebabkan hipertensi. Pasalnya, alkohol memengaruhi sistem saraf dan mempersempit pembuluh darah. Akibatnya, detak jantung dan tekanan darah pun bisa meningkat.
- Stres. Stres berat dapat menaikkan tekanan darah secara cukup drastis, meskipun hanya untuk sementara. Selain itu, ketika Anda stres kemungkinan besar Anda jadi tidak memerhatikan pola makan, kurang olahraga, merokok, atau minum alkohol – yang kemudian bisa jadi faktor risiko hipertensi.
- Konsumsi obat-obatan tertentu. Obat pereda nyeri NSAID seperti ibuprofen serta obat pilek seperti pseudoephedrine dan phenylephrine bisa memperparah kondisi tekanan darah tinggi atau meningkatkan risiko hipertensi. Sebagai alternatifnya, jika Anda membutuhkan obat pereda nyeri, gunakan acetaminophen atau paracetamol.
- Punya riwayat penyakit tertentu. Obstructive sleep apnea atau diabetes bisa jadi faktor risiko hipertensi. Mengendalikan penyakit tersebut bisa membantu Anda menjaga tekanan darah agar tetap stabil.
The post Siapa Saja yang Berisiko Kena Hipertensi? appeared first on Hello Sehat.
Discussion about this post