TANGSEL – Dokter Spesialis Bedah Orthopedi dan Traumatologi, Konsultan Tulang Punggung Eka Hospital BSD, Harmantya Mahadhipta, Sp.OT (K) Spine menyebutkan banyak masyarakat yang salah mengartikan saraf kejepit.
Saraf terjepit atau HNP (Hernia Nucleus Pulposus) adalah kondisi dimana terjadi penekanan pada saraf.
Saraf kejepit bisa terjadi di area pinggang (Lumbal) dan leher (Cervical). Seseorang dikatakan saraf kejepit apabila merasakan gejala salah satu dari tiga komponen yakni, Komponen sensorik (rasa), misalnya kesemutan, baal yang terasa di tangan atau kaki.
Komponen motorik (gerakan), misalnya jika sudah mendapati kelemahan anggota gerak serta komponen otonom, misalnya gangguan buang air kecil, dan buang air besar.
Beragam faktor menjadi penyebab terjadinya saraf kejepit. Faktor genetik dan usia memang tidak bisa dihindari dalam kasus ini. Contohnya saja pada usia produktif (25-40 tahun) dimana banyak sekali keluhan di daerah pinggang. Saat ini nyeri di bagian pinggang tidak hanya dialami oleh orang lanjut usia, tapi juga pekerja muda yang sering menghabiskan waktunya dengan duduk di depank komputer selama berjam-jam.
“Oleh karena itu penting untuk selalu melakukan peregangan ringan saat di kantor, disarankan setiap 30-40 menit kita harus berdiri,” kata Harmantya.
Kemudian, sambung Harmantya, pada usia di atas 40 tahun juga tak dipungkiri dengan keluhan tulang keropos dan pengapuran sendi serta osteoporosis dan lainnya. Namun ada faktor risiko yang bisa diubah, yaitu yang berkaitan dengan aktivitas.
“Misalnya, dengan melakukan olahraga low impact, contohnya jalan cepat, berenang, golf, senam,” ujarnya.
Dijelaskan Harmantya, kebiasaan merokok menjadi salah satu faktor risiko pada saraf kejepit. Merokok sangat berperan terhadap kerusakan bantalan sendi, karena rokok mengandung nikotin dan karbonmonoksida, keduanya berkumpul di jaringan bantalan sendi.
“Seperti diketahui bantalan sendi tidak memiliki pembuluh darah, dan bergantung besar pada nutrisi yang masuk. Jika terhalang nikotin, tidak ada asupan gizi yang masuk,” terangnya.
Pada kasus saraf kejepit ringan, kata Harmantya, 80% memang bisa sembuh dengan bedrest ataupun hanya dengan melakukan fisioterapi. Namun, jangan anggap remeh jika timbul gejala- gejala diatas, apalagi jika gejala sudah dirasakan selama lebih dari dua bulan.
“Segera periksakan diri ke dokter spesialis agar bisa dilakukan pemeriksaan penunjang untuk kasus saraf kejepit,” tutupnya. (RAY)
Discussion about this post